Ternyata begini rasanya jadi fangirl
Saya tumbuh dewasa dengan mendengarkan musik. Saking sukanya dengan musik, sampai-sampai dulu ada anekdot bahwa kalau sehari saja saya tidak menyanyi bisa dipastikan saya sedang sakit. Saya nggak bisa main alat musik, -mungkin akan bisa kalau punya kesempatan belajar- tapi sejak SMP selalu dekat dengan teman-teman cowok yang hobi main ke studio musik. Bahkan sempat pacaran dengan cowok yang bisa mainin 3 instrumen musik; drum, gitar, dan piano. 🙊
Meskipun sangat suka musik, saya sangat pemilih untuk menentukan suara siapa yang boleh masuk ke telinga. Saya memang tetap keep up dengan perkembangan dunia musik, tahu lagu-lagu apa yang sedang hype dan akan ikut-ikutan nyanyi kalau orang lain nyanyi -mau bagaimana lagi? lagu yang diputar di radio kan itu-itu aja?!-, tapi kalau sudah balik ke kamar musik yang saya putar hanyalah dari musisi-musisi favorit saya sendiri. Dan musisi favorit yang saya sukai bisa dibilang sangat limited. Yang utama dan yang paling nomor satu tentu saja Avril Lavigne.
Seperti yang sudah saya tulis di postingan ini, bahwa saya selalu butuh alasan untuk suka sama sesuatu. Kalau ditanya kenapa bisa suka sama Avril Lavigne, jawaban singkatnya adalah karena dia yang membuka jalan bagi saya menemukan genre Pop Punk/Rock, dia yang mengantarkan saya ketemu sama musisi-musisi keren lainnya dan utamanya karena dia yang ngajarin saya bahasa Inggris lewat lagu-lagunya.
Pertemuan saya dengan ONE OK ROCK juga sebenarnya nggak bisa lepas dari peran Avril Lavigne. Sebagai Pop-Punk Queen dia kan memang fansnya bukan cuma orang biasa macam saya, Taylor Swift aja ngefans loh masa kamu nggak?! Ternyata di tahun 2017 saya pernah mendengar lagu kolaborasi ONE OK ROCK dan Avril Lavigne. Tapi sebab pertama saya mulai sadar sama bakat mereka adalah karena suami saya yang suka sekali jejepangan.
Jadi ceritanya, pada suatu hari tahun 2020 muncullah di halaman eksplore instagram, sebuah trailer film favorit suami saya. Karena saya istri yang berbakti, maka saya klik deh itu gambar video. Dan tentu saja, hal pertama yang langsung menarik perhatian saya adalah lagu soundtracknya yang hanya sepenggal itu.
Sesungguhnya suami saya sudah berkali-kali merekomendasikan film Rurouni Kenshin kepada saya karena tahu saya dulu cukup suka dengan serial anime Samurai-X ketika masih kecil. Tapi karena saya trauma gara-gara nonton live action Detective Conan yang nggak banget, -beneran jelek banget- jadi saya nggak pernah tertarik untuk nonton live action dari manga atau anime. Takut kecewa intinya. Tapi karena melihat trailer film terakhirnya itu dengan mata kepala sendiri, diam-diam saya penasaran.
Singkat cerita, saya lupa lagi deh sama Kenshin karena ternyata Covid-19 membuat filmnya gagal tayang di bioskop. Tapi irama dan kekuatan suara mas Taka di trailer itu membuat saya kepo. Lalu pada suatu hari saya ketikkan keyword ONE OK ROCK di beranda Youtube. Dan muncullah salah satu video fan made dimana lagu mereka Listen dinyanyikan bareng Avril Lavigne. I was like, "lho, ini kan dulu aku pernah denger lagunya. Oooh jadi band ini tooh."
Udah, sampai situ dulu. Kok udah? Ya karena saya orangnya tuh santai, nggak gampang bikin saya jatuh cinta. Jadi abis sekali denger Renegade yang drumnya keren banget itu, saya pikir, "keren nih bandnya." Terus saya tinggal lagi mereka. Selain itu, sekarang saya sudah jadi guru ngaji. Harus jaga image walaupun sama diri sendiri. Jangan sampai tergoda sama hal-hal sia-sia lagi macam musik dan hiburan lainnya.😎 Maka saya mencukupkan diri dengan 1 lagu itu.
Fast forward, akhir tahun 2021 ketika saya bingung mau ngisi liburan dengan nonton film apa muncullah sederetan gambar Rurouni Kenshin di beranda Netflix. Sepertinya karena suami saya baru saja nonton 2 film terakhirnya jadi mereka nongol semua minta ditonton juga. Lalu saya tanya ke suami, minta review. Suami bilang, The Beginning jelek. Dia ngantuk nontonnya. And guess what, kalau suami bilang bosen sama sebuah film biasanya itu adalah tipe film yang saya suka. Penasaran saya muncul lagi dong. Akhirnya daripada gabut, saya tontonlah film Rurouni Kenshin dari awal sampai akhir. And the rest is history.
Musik yang menghentak dan vokal yang raspy tapi sopan banget masuk telinga membuat saya teringat dengan Linkin Park setiap mendengar soundtrack tiap filmnya. Dan tentu saja, setiap 1 film selesai muncul gambar film dokumenter ONE OK ROCK - Flip a Coin di deretan film rekomendasi. "Tahan dulu, selesaikan dulu petualangan Kenshin. Nanti abis itu baru dengerin semua discography mereka."
Siapapun, kalau kalian penikmat musik dan orang normal pasti akan suka sama ONE OK ROCK. -Tapi suami saya normal kok. Dia cuma nggak terima istrinya naksir sama Taka.- Listening to the studio version of ONE OK ROCK is a thing, watching them live is everything. Kalau kalian pernah nonton video live Linkin Park, kalian akan dapat perasaan yang sama ketika nonton live performance dari ONE OK ROCK.
How on earth does he sing while running and jumping and maintain such a voice and energy? How? Please explain it to me?Hal lain yang bikin saya kepincut sama ONE OK ROCK adalah lirik-lirik lagunya yang kebanyakan sangat uplifting. Seperti fans garis keras ONE OK ROCK lainnya, lagu We Are, Stand Out Fit In, I Was King, sepertinya selalu jadi andalan untuk menyemangati diri. Pertama kali dengar Stand Out Fit In pun saya sempat sesak napas sebentar saking relatenya lagu itu. Lagu-lagu cintanya juga romantis abiiiis. Dan yang paling bikin saya meleleh adalah lagu-lagunya yang menceritakan pengalaman personal Mas Taka sama keluarganya; Take What You Want, Nobody's Home, Hard to Love sukses bikin saya kangen orang tua.
Back to their stage presence. Bukan cuma Taka, tapi semua member. Nggak ada habisnya kalau ngomongin kehebatan mereka menguasai panggung. Biasanya ketika band manggung, kita hanya akan fokus sama vokalis karena memang dia frontman. Dan Taka bener-bener frontman yang hebat -udah gak tau lagi saya jelasinnya-. Tapi lihatlah drummernya, Tomoya tetap menarik perhatian walaupun posisinya selalu di belakang. Ryota yang selalu all out dan present in the moment di setiap lagu, dan Toru yang... -dia sih diem aja udah keren-. Saya belum pernah ketemu band yang seasik itu di panggung. Belum pernah.
Nyanyi sambil diem berdiri aja susah, gimana sambil jumpalitan begitu coba?! Photo by JulenPhoto |
Untung saya orangnya realistis, kalo nggak pasti udah halu ke mana-mana liat manusia satu ini |
The fact that he is the brother-in-law of Avril Lavigne makes me love the band even more. |
He really is the happiest man on earth. Photo by Rui Hashimoto |
Semakin banyak saya mendengar lagu-lagu dari ONE OK ROCK, makin gandrung saya sama mereka. Apalagi setelah nonton film dokumenternya, Flip a Coin di Netflix. Baru mereka inilah musisi yang bikin saya nangis karena nonton dokumenternya. FYI, saya suka nonton film dokumenter para musisi. Mereka semua hebat dan punya kisah kelamnya masing-masing. Tapi ONE OK ROCK justru nggak terlalu banyak nyeritain kehidupan pribadi mereka. Mungkin tipikal orang Jepang kali ya, yang sangat menghargai privasi. Cerita pribadi mereka tuh biasa banget, tapi cerita tentang karir mereka yang sukses bikin saya baper karena I can feel their passion for what they do. It feels so honest and pure.
Saking gandrungnya sampai saya rela beli jaket merchandise mereka langsung dari Jepang, beli tiket online konsernya sore ini, dan sekarang saya mulai khawatir bakalan kalap karena baru kemarin mereka mengumumkan jadwal konser di Jakarta tanggal 29 September mendatang. Baru kali ini saya pengen bangeeeeeet nonton konser. Rasanya tuh sampai pengen teriak kayak Taka waktu lupa lirik karena saya tahu itu mubazir.
😪 ternyata kayak gini ya rasanya jadi fangirl 😥
Jujurly surprisingly aku baru aja menemukan the other side of ustadzah Tika. Wkwkwk... Ga nyangkaaa ustajah suka ngerock gini.. you're rock, babe! Hahaha...
BalasHapusAslinya aku adalah rocker yang rajin mengaji mbak 🤣🤣🤣
Hapus