SLIDER

Tanggung jawab pengasuhan anak

Sebagai umat Muslim, penting untuk memahami betapa pentingnya peran dan tanggung jawab sebagai orang tua, pentingnya mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan akhirat, dan kewajiban melindungi mereka dari api neraka. Allah ﷻ berfirman,

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًۭا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَـٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌۭ شِدَادٌۭ

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras..." (QS At-Tahrim: 6)

Apa makna dan implikasi dari ayat ini? Secara umum ayat ini merupakan pengingat yang jelas bagi orang-orang beriman untuk melindungi diri mereka sendiri, anak-anak mereka, dan keluarga mereka dari api neraka; api yang sudah menyala dan bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Ini adalah peringatan yang mengerikan dan harus ditanggapi dengan serius. Hal ini harus menjadi fokus utama dalam pengasuhan anak dari sudut pandang Islam.

Allah melanjutkan dalam ayat-ayat berikutnya,

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَا تَعْتَذِرُوا۟ ٱلْيَوْمَ ۖ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ٧

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ

"Wahai orang-orang yang kufur, janganlah kamu mencari-cari alasan pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan (sesuai dengan) apa yang selama ini kamu kerjakan. Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya..." (QS At-Tahrim: 7-8)

Orang-orang kafir tidak akan memiliki alasan pada hari itu atas kekafiran mereka. Orang-orang beriman diminta untuk bertobat kepada Allah dengan tulus agar mereka dapat dimasukkan ke dalam surga yang telah disiapkan-Nya. Tempat tinggal kekal seseorang akan ditentukan oleh keyakinan dan tindakannya dalam kehidupan ini. Hasil perbuatan orang tua dan anak-anak mereka yang kekal akan bergantung pada faktor-faktor ini. Hasil mana yang lebih disukai, dan yang mana yang sedang dipersiapkan?

Photo by Nik on Unsplash

Tanggung jawab dan pertanggungjawaban

Rasulullah ﷺ bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka... Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (HR Bukhari & Muslim)

Hadits Nabi ﷺ ini menekankan fakta bahwa mengasuh anak adalah tanggung jawab penting yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus. Orang tua mengasuh, membesarkan, dan melindungi anak-anak mereka dalam kehidupan ini, dan fokus untuk mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang akan datang. Tanggung jawab memerlukan pertanggungjawaban, seperti yang diuraikan dalam ayat Al-Qur'an di atas. Allah akan meminta pertanggungjawaban setiap orang tua atas bagaimana mereka menjalankan tanggung jawab ini dan ini akan menjadi timbangan amal mereka di akhirat. Karena itulah, mengasuh anak bisa menjadi pintu masuk surga bagi seseorang atau bisa juga menjadi pintu masuk neraka.

Mengasuh anak bukan hanya sebuah tanggung jawab, tetapi juga merupakan tugas yang paling penting di dunia. Orang tua membesarkan generasi penerus yang akan berhasil atau gagal dalam menegakkan kembali Islam di muka bumi ini. Tugas ini memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap masa depan umat Islam, dan hasilnya akan bergantung pada kemampuan orang tua untuk sukses. Orang tua memiliki kemampuan untuk mempengaruhi seorang anak lebih dari orang lain. Pengaruh ini, pada gilirannya, mempengaruhi komunitas tempat mereka tinggal. Keluarga adalah fondasi masyarakat, dan masyarakat hanya sekuat fondasinya. Karena alasan ini, sangat penting bagi orang tua untuk menghargai pentingnya peran ini dan menerima tanggung jawab yang menyertainya.

Anak sebagai ujian dari Allah

Salah satu konsep yang paling mendasar yang harus dipahami oleh orang tua adalah bahwa anak adalah ujian dan melalui ujian ini mereka akan dimintai pertanggungjawaban di Hari Kiamat. Begitu hal ini disadari, seharusnya ada perubahan besar dalam cara mereka berhubungan dan menangani anak-anak mereka. Allah  berfirman,

وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَـٰدُكُمْ فِتْنَةٌۭ وَأَنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌۭ ٢٨

"Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar." (QS Al-Anfal: 28)

Dia  juga menunjukkan,

إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَـٰدُكُمْ فِتْنَةٌۭ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌۭ ١٥

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah (ada) pahala yang besar." (QS At-Taghabun: 15)

Kata Arab yang digunakan dalam ayat-ayat ini adalah fitnah, yang diterjemahkan sebagai 'cobaan' atau 'ujian'. Dunia ini penuh dengan cobaan karena bagian dari rencana Allah adalah untuk menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai cobaan dan nikmat. Anak-anak dan keluarga adalah bagian dari ujian ini. Allah melakukan hal ini agar orang yang beriman dapat dibedakan dari orang kafir, dan orang yang jujur dan ikhlas dari para pembohong dan munafik.

Allah  menyebutkan,

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ٢

وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَـٰذِبِينَ ٣

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta." (QS Al-'Ankabut: 2-3)

Allah menguji manusia dengan musibah dan nikmat untuk menentukan siapa yang akan bersabar dan bersyukur dan siapa yang tidak sabar dan tidak bersyukur. Dia juga ingin menentukan siapa yang akan menjadi hamba-Nya yang taat dan siapa yang tidak taat dan membangkang. Dia kemudian akan memberi pahala atau hukuman yang sesuai pada Hari Kiamat.

Musibah yang digunakan Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya sangatlah banyak. Dia menguji mereka dengan rasa takut, kelaparan, dan kehilangan harta, nyawa, dan tempat tinggal. Dia menguji mereka dengan ketidakmampuan untuk memiliki anak, di antaranya. Allah  menyatakan,

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍۢ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍۢ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُو۟لَـٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌۭ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌۭ ۖ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ ١٥٧

"Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS Al-Baqarah: 155-157)

Sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, Dia mengirimkan cobaan dan ujian agar mereka kembali dan bertaubat kepada-Nya, meninggalkan apa yang diharamkan-Nya, dan agar Allah mengampuni mereka. Merupakan bagian dari rahmat Allah bahwa ujian terjadi dalam kehidupan ini agar jiwa kita dapat disucikan dan kembali kepada Allah sebelum kita mati. Allah  berfirman,

وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَدْنَىٰ دُونَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ٢١

"Kami pasti akan menimpakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat) agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS As-Sajdah: 21)

Allah juga dapat menguji hamba-hamba-Nya untuk mengangkat derajat mereka dan memungkinkan mereka untuk menghapuskan dosa-dosa mereka, seperti yang dikatakan oleh Nabi ﷺ: "Tidaklah seorang Muslim ditimpa musibah atau penyakit, tidak pula ditimpa kekhawatiran, kesedihan, bahaya, dan kesusahan, bahkan tidak pula ditimpa duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosa-dosanya." Nabi ﷺ juga bersabda: "Seorang Muslim laki-laki atau perempuan diuji atas dirinya, anak-anaknya, dan hartanya hingga ia menghadap Allah (pada hari kiamat) dalam keadaan diampuni semua dosa-dosanya."

Yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang adalah bahwa berkah bisa juga merupakan ujian atau cobaan dari Allah. Kekayaan dan anak-anak, misalnya, adalah ujian dan amanah yang dengannya Allah menguji hamba-hamba-Nya untuk mengetahui siapa yang akan bersyukur dan siapa yang akan lalai dari Allah karenanya. Mudahnya manusia terlena dengan kekayaan, harta benda, dan anak-anak mereka menunjukkan betapa besar ujian ini. Semua itu merupakan aspek kehidupan yang dapat melalaikan manusia dari ibadah dan mengingat Allah.

Ujian ini tidak hanya untuk menunjukkan siapa yang akan bersyukur dan siapa yang tidak bersyukur, tetapi juga untuk menentukan bagaimana orang tua akan membesarkan anak-anak mereka. Apakah mereka akan memperlakukan anak-anak mereka dengan kebaikan, cinta dan penghargaan? Apakah mereka akan membesarkan anak-anak mereka dalam Islam dengan segala ilmu dan keberkahan yang dikandungnya? Apakah mereka akan mempersiapkan generasi penerus mereka untuk kehidupan akhirat dan surga? Atau akankah mereka membesarkan anak-anak mereka dengan sistem kepercayaan dan praktik-praktik lain (seperti agama-agama lain atau sekularisme) yang bertentangan dengan Islam? Apakah mereka akan mengirim anak-anak mereka ke neraka, bersama dengan diri mereka sendiri? Inilah hakikat ujian yang sebenarnya, sebagaimana halnya dengan semua ujian yang Allah berikan kepada kita.

Sayangnya, di zaman sekarang ini, terlalu banyak orang yang gagal dalam ujian yang Allah berikan kepada mereka, atau mereka berusaha sebisa mungkin untuk menghindari ujian tersebut. Mereka mungkin menitipkan anak-anak mereka di tempat penitipan anak selama 40 jam atau lebih dalam seminggu atau mempekerjakan pembantu untuk mengurus kebutuhan fisik dan emosional anak-anak mereka. Aspek-aspek lain mungkin lebih diutamakan daripada anak-anak, seperti karier, uang, hobi, atau pertemanan. Mereka mungkin menghabiskan waktu dan tenaga untuk proyek-proyek lain, tetapi anak-anak sering tidak diperhatikan. Di dunia saat ini, banyak anak yang tidak mendapatkan waktu dan perhatian yang semestinya dari orang tua mereka dan masyarakat dirugikan akibat hal ini.

Apa yang tidak disadari oleh para orang tua adalah bahwa dengan mengabaikan anak-anak mereka dan gagal dalam ujian dari Allah ini, mereka mungkin telah melewatkan kesempatan emas untuk mendapatkan pahala yang kekal dan bernilai. Kesempatan itu ada di depan mata mereka, tetapi mereka gagal memanfaatkannya. Pekerjaan ini memang membutuhkan banyak usaha dan kerja keras, tetapi juga merupakan salah satu ujian paling berharga yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Mengasuh anak, di atas segalanya, adalah ujian kesabaran, ketulusan, dan pengorbanan. Allah  berfirman,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَـٰهَدُوا۟ مِنكُمْ وَيَعْلَمَ ٱلصَّـٰبِرِينَ ١٤٢

"Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar." (QS Ali Imran: 142)

Ketika seseorang unggul dalam ujian, kualitas-kualitas ini menjadi kokoh dan tertanam. Ini adalah kualitas iman yang ingin dipupuk oleh para orang tua, bukan hanya pada anak-anak mereka, tetapi juga pada diri mereka sendiri. Sungguh menakjubkan bahwa dalam proses mendidik anak-anak yang beriman, orang tua juga 'mendidik' diri mereka sendiri. Peningkatan iman yang dialami melalui pengasuhan anak akan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah dan lebih dekat kepada pemahaman akan kebijaksanaan dan kasih sayang-Nya yang tak terbatas. Kesempatan apa lagi yang lebih baik untuk merasakan nikmatnya surga di dunia ini?

Penghargaan dan kegembiraan mengasuh anak

Seperti halnya tanggung jawab apa pun, ada imbalan dan kegembiraan dalam menjadi orang tua. Imbalan ini jauh lebih besar daripada tantangan, tanggung jawab, dan upaya pengasuhan anak. Faktanya, mengasuh anak memiliki beberapa pahala terbesar dari Allah  di dunia ini: cinta tanpa syarat, ikatan dan kedekatan emosional, momen-momen bersama, wajah yang tersenyum dengan mata yang penuh kasih, serta pelukan yang penuh cinta dan perhatian. Tataplah mata anak Anda, rasakan kulitnya, dan dengarkan suaranya, dan Anda akan memahami keindahan sejati dari anugerah ini. Seolah-olah Allah memberi kita sedikit contoh surga di sini, di kehidupan dunia ini.

Di atas segalanya, orang tua yang taat akan merasakan kepuasan tersendiri ketika melihat anaknya tumbuh menjadi hamba Allah yang taat; seorang mukmin yang akan mencintai dan menaati Allah, serta berkontribusi kepada masyarakat di sekitarnya. Hamba Allah ini juga dapat memberikan amal saleh yang kekal bagi orang tua melalui doa. Rasulullah ﷺ bersabda: "Apabila seseorang meninggal dunia, maka tidak akan ada tambahan amal yang akan ditambahkan pada catatan amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah yang terus menerus, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang selalu mendoakannya." Anak saleh yang mendoakan adalah salah satu dari tiga cara yang dapat digunakan seseorang untuk mendapatkan amal saleh yang terus menerus untuk dibawa pada Hari Kiamat. Semua usaha pasti akan terbayar pada akhirnya.

Tujuan pengasuhan anak

Bagaimana orang tua menyelamatkan diri mereka sendiri dan anak-anak mereka dari api neraka? Bagaimana mereka memenuhi tanggung jawab mereka di hadapan Allah? Bagaimana mereka mencapai keberkahan dan kebahagiaan yang dijamin bagi hamba-hamba Allah yang taat? Apa saja tujuan yang harus mereka miliki untuk anak-anak mereka? Poin-poin ini akan diuraikan dalam buku ini. Hal ini tentu saja dimulai dengan menetapkan tujuan untuk diri kita sendiri dan anak-anak kita.

Kisah Luqman

Dalam surat Luqman, kita dapat menemukan hikmah yang diberikan Luqman kepada anaknya:

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَـٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌۭ ١٢

وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ ١٣

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍۢ وَفِصَـٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ ١٤

وَإِن جَـٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌۭ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًۭا ۖ وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ١٥

يَـٰبُنَىَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍۢ مِّنْ خَرْدَلٍۢ فَتَكُن فِى صَخْرَةٍ أَوْ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ أَوْ فِى ٱلْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌۭ ١٦

يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ ١٧

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ ١٨

وَٱقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَٱغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلْأَصْوَٰتِ لَصَوْتُ ٱلْحَمِيرِ ١٩

"Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.” Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan. (Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Teliti. Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan. Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS Luqman: 12-19)

Luqman adalah seorang yang bijaksana yang dianugerahi oleh Allah dengan hikmah. Dia mengajarkan kebijaksanaan ini kepada anaknya demi kebaikannya di dunia dan akhirat. Dapat dimengerti bahwa prioritas utama yang diberikan adalah mengajarkan tauhid dan memperingatkan dari kemusyrikan, karena hal ini merupakan fondasi dari akidah Islam. Setelah kewajiban seseorang kepada Allah, beliau memerintahkan kebaikan dan ketaatan kepada orang tua. Materi ini sangat penting dalam hal pengasuhan anak, karena akan memudahkan tugas ketika anak-anak mengasimilasi prinsip ini ke dalam kepribadian mereka.

Setelah memberitahukan kewajiban kepada Allah dan orang tua melalui ungkapan syukur, Luqman mengingatkan anaknya akan kehadiran Allah dalam segala hal, baik yang bersifat publik maupun pribadi:

يَـٰبُنَىَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍۢ مِّنْ خَرْدَلٍۢ فَتَكُن فِى صَخْرَةٍ أَوْ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ أَوْ فِى ٱلْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌۭ ١٦

"(Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Teliti." (QS Luqman: 16)

Allah mengetahui semua yang kita lakukan dan karena itu kita harus takut kepada Allah. Kita juga harus berhati-hati dalam menganggap enteng dosa. Kemudian disebutkan kewajiban untuk melaksanakan shalat dan menunaikannya dengan sempurna. Beliau mendorong putranya untuk menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, bersabar terhadap apa yang terjadi, dan menghindari kesombongan dan membanggakan diri.

Beberapa ayat ini mengandung banyak sekali hikmah bagi para orang tua. Dari sini, orang tua dapat menggambarkan tujuan-tujuan penting bagi anak-anak mereka:

  • Keyakinan (iman) kepada Allah dengan tauhid yang murni dan menghindari menyekutukan Allah
  • Kebaikan, penghormatan dan ketaatan kepada orang tua
  • Takut kepada Allah dan kesadaran akan kehadiran-Nya yang meliputi segalanya
  • Mendirikan shalat, tepat waktu dan dengan cara yang benar
  • Amar ma'ruf nahi mungkar 
  • Menjalani hidup dengan penuh kesabaran
  • Kerendahan hati dan kelemahlembutan
  • Moderat dan menghindari hal-hal yang ekstrem

Selain itu, berikut ini dapat ditambahkan:

  • Kekuatan dalam keyakinan dan iman
  • Keterikatan pada Al-Qur'an dan hadits-hadits shahih
  • Kecintaan dan ketulusan kepada Allah, Rasul-Nya, dan Kitab-Nya
  • Kepatuhan kepada Sunnah Nabi
  • Pemahaman tentang segala sesuatu dari sudut pandang Islam
  • Kepribadian, nilai-nilai, dan identitas Islam
  • Kesetaraan dan keadilan dalam berhubungan dengan orang lain
  • Kebaikan, kasih sayang, dan karakter yang baik terhadap semua orang
  • Kepedulian terhadap urusan semua Muslim (membantu mereka, memenuhi hak-hak mereka)
  • Mengajak orang lain kepada Allah dan Islam
  • Kebanggaan menjadi seorang Muslim

Karakteristik kepribadian lain yang diharapkan adalah sebagai berikut:

  • Percaya diri dan berpendirian positif
  • Memiliki motivasi
  • Bertanggung jawab
  • Gigih, pekerja keras
  • Cakap dan terampil
  • Merasa cukup dan bahagia
  • Jujur dan dapat dipercaya
  • Berani
  • Pemimpin

Landasan dari tujuan-tujuan ini adalah pengembangan 'aqidah, iman dan rasa takut kepada Allah. Pada intinya, tiap individu mengembangkan kepribadian Islam dan identitas Islam. Hal ini menjadi pusat hati dan jiwa. Semua upaya akan dikedepankan untuk menjalani kehidupan yang Islami, iman, dan ihsan. Kesuksesan sejati kemudian akan diraih di dunia dan akhirat. Pada akhirnya, tujuan tertinggi bagi orang tua dan anak adalah surga.






Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Zuzu Syuhada • Theme by Maira G.