Catatan Baca: Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu (bag. 2)


Dua Masalah Penting dalam Proses Menuntut Ilmu

Salah satu hal yang sering saya temukan dari para penuntut ilmu adalah pertanyaan 'mulai dari mana dulu?' Biasanya orang yang baru memulai perjalanan hijrah akan bersemangat menghadiri majelis-majelis ilmu, tapi lama-kelamaan dia akan hanya menghadiri majelis yang sesuai dengan hasrat hatinya. Lebih para lagi, banyak yang bahkan meninggalkan majelis ilmu sama sekali.

Di dalam buku, penulis memberikan penjelasan tentang prinsip mendasar dalam menuntut ilmu, yaitu:

1. Prioritas dalam Menuntut Ilmu

Contoh-contoh di buku ini membuat saya merasa maklum sama pertanyaan-pertanyaan 'ajaib' yang sering muncul ketika kajian atau di kolom komentar para ustadz di sosial media. Seringkali kita sebagai penuntut ilmu, nggak cukup tawadhu untuk memperhatikan apa yang sedang dijelaskan dalam kajian dan justru fokus pada keinginan pribadi kita. Pertanyaan 'apakah aku boleh berwudhu dengan air kacang?' di buku ini jadi contoh, --karena masuk dalam riwayat-- betapa kita seharusnya lebih memprioritaskan hal yang lebih penting untuk kita pelajari daripada sibuk pada urusan yang belum tentu akan kita hadapi. 

Selain itu, tahapan dalam menuntut ilmu terutama ilmu agama juga menjadi perkara krusial lain yang sepertinya penting sekali untuk kita perhatikan. Sebagai salah satu orang yang beruntung pernah mendapat pendidikan diniyah dasar yang berurutan, saya seringkali memberi saran kepada teman-teman untuk memposisikan diri seperti anak-anak ketika sedang belajar agama. Ini akan lebih mudah lagi kalau kita sudah punya anak. Sambil mendampingi anak belajar, kita juga belajar sehingga kita dan anak-anak kita pun bisa tumbuh bersama. Sayangnya, yang sering jadi kendala adalah kita sudah merasa terlalu tua untuk belajar sehingga melimpahkan kewajiban belajar itu kepada anak kita. Padahal sudah tahu bahwa kewajiban menuntut ilmu itu tidak terbatas usia. Kita terlalu semangat untuk mendapat mahkota penghafal Al-Quran dari anak kita tapi abai untuk menjadi penghafal Al-Quran sendiri. Kalau mau jujur, sebenarnya bukankah perilaku itu sama saja seperti menjadikan anak investasi akhirat dengan egoisme? Kewajiban menuntut ilmu bagi kita kan nggak gugur begitu saja dengan kita mengirim anak kita ke lembaga pendidikan agama?

Penulis juga memberikan rekomendasi buku-buku yang bisa dibaca untuk pemula:

  • Tafsir As-Sa'di
  • Zadul Muslim al-Yaumi karya Syaikh Abdullah bin Jarillah
  • Arba'in Nawawiyah
  • Kitab Tauhid
  • Aqidah Wasithiyah
  • Sifat Shalat Nabi
  • Sifat Wudhu Nabi
  • Riyadhus Shalihin
  • Manzhumah al-Baiquniyah
  • Al-Ushul min Ilmil Ushul
  • Kitab-kitab fatwa

2. Beberapa Contoh Pembangkit Semangat

Menuntut ilmu tidak selalu mudah. Terkadang semangat menurun, waktu terasa sempit, dan gangguan duniawi datang silih berganti. Wajib bagi kita untuk banyak membaca sejarah hidup para ulama salaf, sebab di dalamnya terdapat kebaikan yang besar. Dan ternyata, beberapa ulama besar kita menjadi bersemangat hanya karena satu kalimat dari guru-gurunya;

  • Imam Bukhari terdorong untuk mengumpulkan hadits karena ucapan Ishaq bin Rahawaih, "Seandainyanya saja ada di antara kalian, yang mau mengumpulkan dalam satu buku khusus, yang berisi hadits-hadits shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam!"
  • Imam Dzahabi menjadi cinta kepada ilmu hadits karena pujian seorang ulama bernama Barzali, "Sungguh tulisanmu ini seperti tulisannya para pakar hadits!"
  • Shilah bin Asy-yam, setiap kali berjalan melewati beberapa anak muda yang sedang bermain-main selalu mengulang-ulang nasihat, "Beritahukan kepadaku tentang suatu kaum yang hendak bersafar, namun setiap kali siang tiba mereka mampir, dan setiap kali malam tiba mereka tidur, maka kapankah mereka akan sampai tujuan?" hingga suatu saat ada salah satu pemuda yang tersentuh oleh nasihat tersebut.

Hasad dalam Menuntut Ilmu

Pada bab ini penulis memberikan kita cara untuk mengobati hasad dan juga sebab-sebab mengapa hasad bisa muncul dalam hati para penuntut ilmu;

Tanda-tanda orang yang hasad:

  1. Senang dengan kesalahan temannya
  2. Senang dengan ketidakhadiran temannya
  3. Senang dan merasa puas jika temannya tercela
  4. Menjelekkan temannya apabila ia ditanya tentangnya
  5. Hatinya terasa sedikit sakit dan dadanya terasa sempit, jika ada pertanyaan dilontarkan kepada orang lain, atau temannya ditanya, sementara dia ada
  6. Tidak menghargai manfaat atau ilmu yang didapatkan oleh temannya
  7. Mencoba menyalahkan pembicaraan temannya dan mengkritiknya apabila temannya menjawab
  8. Tidak menisbatkan keutamaan dan pelajaran yang ia dapatkan kepada yang menunjukkannya; diantara berkah ilmu adalah menyandarkan suatu jasa kebaikan kepada pemiliknya.

Obat hasad yang terjadi di antara sesama penuntut ilmu;

  1. Mendoakan teman tanpa sepengetahuannya
  2. Berusaha mencintainya, menanyakan keadaannya dan keluarganya
  3. Mengunjunginya dan mengakui keutamaannya
  4. Bersikap tidak rela dengan ghibah terhadap temannya, dan tidak rela dengan ejekan serta celaan terhadap temannya
  5. Mendahulukannya daripada diri Anda sendiri
  6. Meminta pendapat dan nasihat padanya

HIGHLIGHTS

Ilmu itu tidaklah didapati hanya dengan angan-angan dan khayalan, akan tetapi didapatkan dengan niat yang jujur, yang dibenarkan dengan lisan dan juga anggota tubuh.

Diantara bentuk semangat adalah menyalin kitab-kitab yang penting dalam dunia ilmu.

"Aku telah mempelajari tentang I'rab Al-Quran selama empat puluh lima tahun, atau empat puluh tahun" Al-Hur bin Abdullah.

Ilmu itu bukanlah harta warisan, bukan pula didapat dengan nasab dan kedudukan, namun sesungguhnya ilmu adalah karunia yang diberikan Allah kepada siapa saja yang dikehendakiNya.

"Tidak ada jasad yang selamat dari hasad, akan tetapi orang yang mulia menyembunyikannya, sementara orang yang tercela menampakkannya." Ibnu Taimiyah

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© 2025 Zuzu Syuhada • Theme by Maira G.