SLIDER

Catatan Baca: Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu (bag. 5)

Pada bagian kelima ini saya langsung termenung membaca halaman pertama. Betapa menjadi penuntut ilmu itu adalah sebuah privilege bagi seorang muslim. Penulis menyampaikan,

penuntut ilmu memiliki ciri khas dari yang lainnya terhadap apa yang Allah berikan berupa kemuliaan dari penyandaran kepada golongan yang diberkahi tersebut (yakni ahli ilmu)

Sebagaimana ahli Al-Qur'an, seorang ahli ilmu disandari sesuatu yang merupakan milik Allah semata. Maka kemuliaan itu pun melekat kepadanya karena kemuliaan ilmu itu. Dengan kemuliaan itu, wajib bagi seorang ahli ilmu untuk menjaganya dengan kesungguhan. Salah satunya adalah dengan menjaga shalat malam. Penulis memberi gambaran para salafus shalih yang melakukan shalat malam sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing.

Dalil-dalil tentang keutamaan shalat malam sudah sering saya baca. Nasihat-nasihatnya juga sudah sering saya dengar. Tapi sampai sekarang shalat malam masih belum jadi kebiasaan. Alasannya jelas karena belum saya jadikan prioritas.

Photo by Ava W. Burton on Unsplash

Ibnu Mas'ud berkata, "Sepatutnya bagi pengemban Al-Qur'an untuk dikenali dengan malamnya ketika manusia lelap tertidur, dengan siang harinya di saat manusia sedang makan, dengan sikap wara'nya ketika manusia tidak peduli dengan halal dan haram, dengan kerendahan hatinya ketika manusia sombong, dengan kesedihannya ketika manusia berbahagia, dengan tangisannya ketika manusia tertawa, dan dengan diamnya ketika manusia banyak bicara,"

Penuntut Ilmu dan Berbakti Kepada Orang Tua

Ibu dari Imam Abu Hanifah telah bersumpah, lalu ia melanggarnya. Sang ibu lantas meminta fatwankepada Abu Hanifah, maka Abu Hanifah pun memberikan fatwa kepadanya, namun ibunya tidak terima (dengan fatwanya Abu Hanifah). Ibunya berkata, "Aku tidak terima kecuali dengan apa yang dikatakan oleh Zur'ah Al-Qash!" Maka Abu Hanifah pun pergi bersama ibunya menemui Zur'ah, lalu Zur'ah berkata, "Apakah engkau meminta fatwa kepadaku padahal bersamamu ada seorang yang paling berilmu di Kufah?" Maka Abu Hanifah berkata, "Fatwakanlah dengan begini dan begini." Maka ia (Zur'ah) pun memfatwakan hal itu kepadanya, lantas sang ibu pun menerima.

Kisah-kisah semacam ini, yang menunjukkan sisi kemanusiaan para ahli ilmu adalah penghibur bagi saya. Yang mengingatkan bahwa mereka juga manusia biasa, yang kelakuannya bisa random juga kadang-kadang. Dan ternyata ibunya Imam Abu Hanifah pun sama seperti ibu-ibu kebanyakan, yang sering meragukan kemampuan anaknya sendiri dan malah membandingkannya dengan anak tetangga. 😂

Penuntut Ilmu Ketika dalam Perdebatan Ilmiah

Beberapa adab yang selayaknya bagi seorang penuntut ilmu untuk beradab dengannya, ketika ia berada dalam sebuah diskusi:

  1. Hendaknya yang menjadi tujuan dalam diskusi adalah untuk mencari ridha Allah swt, dalam rangka menampakkan kebenaran
  2. Hendaknya seseorang yang berdiskusi mengetahui dan memahami dengan benar tentang permasalahan yang didiskusikannya
  3. Menampakka perasaan cinta dan persaudaraan, sebelum perdebatan, di tengah-tengah perdebatan, dan di akhir perdebatan
  4. Menahan diri dan tidak emosi
  5. Bersegera kembali kepada kebenaran ketika kebenaran itu nampak bersama pemiliknya
  6. Tidak ingin dikenal ketika ia mengalahkan lawannya dalam majelis diskusi
  7. Berterimakasih kepada saudaramu tatkala nampak benarnya hujjahmu atasnya, dan memujinya atas ketersediaannya kembali kepada kebenaran
  8. Menutup pintu diskusi, jika engkau melihat adanya pembangkangan dari lawan diskusimu

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Zuzu Syuhada • Theme by Maira G.