SLIDER

Obrolan (tentang) sampah

Rabu, 14 Agustus 2024

 

Photo by Donald Giannatti on Unsplash

10 tahun lebih menikah, satu hal yang paling sering bikin saya jengkel sama suami adalah kebiasaannya menyimpan barang-barang yak tidak terpakai. Tidak terkecuali pakaian. Mungkin memang mitos yang disampaikan kakak saya tentang orang Padang yang suka fashion adalah benar, suami saya juga menjadi salah satu orang Padang yang saya kenal yang punya banyak sekali pakaian. Kadang kalau suami sudah mengeluh bingung pakai baju apa, saya rasanya pengen bilang, "sebenernya yang istri tuh siapa sih?!" Lemari sebesar itu isinya baju dia sendiri, tumpukan baju kotor didominasi bajunya, gunungan gombalan minta disetrika selalu ada bajunya, di jemuran pasti ada bajunya, di belakang pintu penuh sama bajunya, di kardus barang nggak terpakai isinya baju punya dia dan dia masih bilang nggak punya baju untuk dipakai.

Tapi yang jadi inti postingan kali ini adalah dua kejadian yang baru saya alami belum lama ini. Jadi ceritanya saya punya rencana ingin mendonasikan pakaian bekas ke Jagatera supaya rumah nggak penuh dengan 'sampah', entah itu baju atau lainnya. Saya ceritakan lah rencana itu ke suami, dan bilang kalau biayanya Rp. 10.000 per kg untuk sampah pakaian. 

"Mahal amat?" Kata suami merespon penjelasan saya.

"Kan kita pakai jasa mereka, ya wajarlah kalau bayar."

"Kita udah kasih barang ke mereka, masa kita juga yang bayar?" Masih nggak terima, lanjut protesnya.

"Kita kalau buang sampah juga kan bayar tiap bulan?!" Saya coba ngasih analogi.

"Tapi kan itu sampah."

"Emangnya ini bukan sampah?" Saya sambil nunjuk tumpukan baju yang sudah bertahun-tahun bau tikus masih berusaha menjelaskan.

"Bukan lah!"

Saya mulai bingung, "lho tapi kan udah nggak pernah dipakai. Sama aja kayak sampah dong."

"Beda dong. Kalau sampah kan memang sudah jelas nggak dipakai lagi. Kalau ini kan masih bisa dipakai." Suami masih saja dengan bakat ngeyelnya seperti mau menjelaskan sesuatu juga ke saya.

"Tapi kan udah nggak dipakai sama kita. Sampah yang biasa kita buang itu juga sebenernya masih bisa dipakai juga kok, tapi kita tetep nyebutnya sampah. Dan kita bayar orang yang bantu buangin sampah itu kan?!"

"Ya tapi beda sama ini. Kalau ini kita masih bisa pakai."

"Mana buktinya? Nyatanya ini udah bertahun-tahun numpuk di sini nggak dipakai juga."

Sadar kalau suami saya cuma nggak mau ngeluarin uang untuk membuang sampahnya, saya memilih untuk tidak meneruskan obrolan.

Lalu beberapa waktu kemudian saya ngide lagi, membuang tumpukan kertas dan buku lewat salah satu jasa pelayanan pengelolaan sampah di kota kami. Saya coba tawarkan ke sekolah tempat saya bekerja dulu, karena saya yakin mereka pasti punya banyak sampah yang kalau dikelola bisa lebih mengurangi sampah di sekolah. Ternyata respon yang didapat juga agak lucu. Ada yang komen begini; "Kalau lewat lembaga itu sih rugi, harganya murah banget. Saya sih udah kapok."

Karena bukan pertama kali mendapat respon aneh tentang sampah, saya pun mencoba mengkonfirmasi cara berpikir saya ke seorang teman, "bukannya yang penting sampah di rumah terbuang ya? Kenapa jadi ada untung ruginya, sih? Emangnya kalau sampah itu tetep numpuk di rumah atau jadi mengotori lingkungan sekitar kita jadi untung?" Teman saya cuma ketawa menanggapi saya dan menyetujui pertanyaan saya.

Dan kejadian lagi. Setelah 40kg kertas dan buku diangkut dari rumah kami, suami tanya jumlah uang yang kami terima. Sama persis respon yang saya dapat dari suami, dia bilang kalau itu terlalu sedikit. Lebih aneh lagi dia bilang, "mending dibakar aja kalau begitu." 

Saya yang sudah malas ribut hanya membalas, "bodo amat, yang penting aku nggak mau hidup sama sampah di rumah." 😔 Sejujurnya, saya benar-benar penasaran apakah mungkin permasalahan sampah di Indonesia ini nggak pernah kelar mungkin memang karena banyak yang punya pemikiran seperti suami saya itu. Bahkan mendapat uang dari sampah yang dibuang kalau tidak banyak dianggap rugi. Padahal itu sampah, lho. 


Kemarau; One of a kind classic literature

Rabu, 07 Agustus 2024

Saya cukup yakin pernah membaca karya AA Navis yang paling populer berjudul Robohnya Surau Kami ketika masih SMP dulu. Makanya tempo hari ketika memilih bacaan yang bertema Islami dalam video blog terbaru, saya memilih karya beliau lagi untuk jadi pelengkap. Dan saya benar-benar puas, akhirnya menemukan lagi salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini.


Judul: Kemarau
Penulis: AA. Navis
Format: E-book, 178 halaman
Platform: iPusnas

Buku ini tidak tebal, hanya berjumlah 178 halaman dengan pengantar dari Sapardi Djoko Damono berisi pujian tak berkesudahan yang saya amini setiap baris kalimatnya. Diawali dengan gambaran kemarau panjang, kalimat-kalimat sederhana namun 'berisi', Kemarau adalah sindiran lain terhadap praktik beragama dan tradisi sosial masyarakat kita yang ternyata tidak banyak berubah sejak buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1957. Saya yang membacanya di tahun 2024, masih saja manggut-manggut setuju dan sesekali tersenyum getir membaca tiap adegan yang digambarkan ternyata masih sering saya temui juga di masa ini.

Berkisah tentang Sutan Duano, seorang lelaki berusia 50 tahunan yang menjadi anomali dari masyarakat di kampung tempat ia tinggal. Sutan Duano digambarkan sebagai pekerja keras, ketika masyarakat sudah menyerah pada keadaan dan usaha-usaha yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil, Sutan Duano menunjukkan kepada kita bahwa ikhtiar terbaik seorang manusia dalam menghadapi ujian dari Tuhan adalah dengan mengerahkan usaha manusiawinya hingga sebab takdir diberikan oleh Tuhan. Masyarakat kampung yang malas hanya mengandalkan dukun-dukun untuk mengundang hujan, dan baru ketika dukun-dukun itu tidak berhasil menghadirkan hujan barulah mereka ingat Tuhan. Gambaran itu seperti menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat kampung tersebut hanya menganggap Tuhan sama seperti dukun. Saya melihatnya seperti mereka menganggap Tuhan sebagai candaan. Dan kenyataannya, pada kehidupan nyata sering kita dapati masyarakat melakukan hal yang serupa itu.

Disusun dengan bab-bab yang pendek, tiap bab menjelaskan penggal-penggal episode kehidupan Sutan Duano dan perlahan kita akan digiring untuk mengenal masa lalunya. Sutan Duano yang merupakan pendatang di kampung, dalam waktu 10 tahun telah menjadi tokoh yang dihormati karena kerja kerasnya. Meski awalnya kehadirannya cukup mengejutkan masyarakat karena memilih untuk tinggal di surau padahal usianya masih 40 tahun, kehadiran seorang prajurit revolusi yang mengungsi di kampung tersebut seperti menandai diterimanya Sutan Duano di kampung.

Sindiran dalam Kemarau benar-benar dilancarkan AA Navis secara bertubi-tubi. Sejak bab pertama hingga halaman terakhir. Setelah menyindir sikap malas dan apatis masyarakat di bab pertama, di bab kedua sindiran itu diperkuat dengan gambaran orang-orang kampung yang lebih memilih 'pengetahuan umum' dibanding bekerja mengolah tanahnya. Dan betapa kedudukan dan status sosial sangat dijunjung tinggi, hingga apapun yang dilakukan mereka hanyalah untuk memenuhi tujuan tersebut.

Sutan Duano yang pekerja keras akhirnya mendapat tempat di hati masyarakat karena kemurahan hatinya. Meskipun menjalani hidup yang sama sekali lain dengan masyarakat kampung, kepada Sutan Duano-lah mereka meminta pertolongan setiap terjadi masalah, hingga akhirnya Sutan Duano diminta menjadi guru ngaji di surau tempatnya tinggal.

Lebih lanjut tentang kedangkalan berpikir masyarakat, saya jadi teringat dengan trend sindiran IQ rata-rata yang dipakai belakangan ini untuk menjelaskan daya nalar masyarakat Indonesia yang dibawah rata-rata. Sutan Duano digambarkan begitu kesulitan untuk menyadarkan masyarakat kampung tentang konsep tawakkal dan ikhtiar. Dan meskipun dia telah berjuang sepuluh tahun dalam memperbaiki keadaan itu, pada akhirnya yang terjadi ternyata sangat bertentangan dengan harapannya. Dia mengharapkan kecerdasan, namun masyarakat justru mengidolakan dirinya. Kedangkalan berpikir itu makin diperkuat dengan adegan berita palsu yang begitu mudah dipercaya dan disebarkan dengan membabi-buta oleh masyarakat kampung padahal muncul dari mulut seorang anak kecil. Betapapun Sutan Duano memberi teladan kepada masyarakat, tak tergerak juga mereka untuk berubah.

Tapi meskipun Sutan Duano sudah berusaha tampil menjadi teladan yang baik bagi masyarakat, nyatanya dirinya sendiri pun bukan sosok yang sempurna. Pelan-pelan kelamnya masa lalu Sutan Duano mulai terkuak dan membawa kita pada akhir cerita ini, dan bagi saya endingnya inilah satu-satunya hal yang saya kurang sukai dari buku ini.

Menulis ulasan ini membuat saya ingin memiliki buku fisiknya. Saya yakin, tiap halaman pasti ada bagian yang bisa dihighlight dan didiskusikan. Dan sampai saat ini saya masih belum paham, mengapa karya ini tidak masuk daftar bacaan Sastra Masuk Kurikulum padahal muatan moralnya sangat baik untuk diajarkan kepada anak-anak kita.

Para Nabi dan Rasul

Rabu, 31 Juli 2024

 وَمَا نُرْسِلُ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ ۚ

"Dan Kami tidak mengutus para rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan..." (QS AL-Kahfi: 56)

Beriman kepada para Nabi dan Rasul

Kepercayaan kepada para nabi dan rasul adalah salah satu prinsip dasar umat Islam dan merupakan salah satu komponen iman. Mengenai para nabi, Allah  menyebutkan,

قُلْ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ عَلَيْنَا وَمَآ أُنزِلَ عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَـٰعِيلَ وَإِسْحَـٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍۢ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ

"Katakanlah, “Wahai Nabi,” “Kami beriman kepada Allah dan apa yang telah diwahyukan kepada kami dan apa yang telah diwahyukan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, serta apa yang telah diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi yang lain dari Tuhan mereka, kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan hanya kepada-Nya-lah kami bertawakal.” (QS Ali Imran: 84)

Allah mengutus seorang pemberi peringatan kepada setiap bangsa di sepanjang sejarah manusia, yang berarti bahwa jumlah nabi yang telah datang untuk melaksanakan misi Allah pastilah mencapai ratusan, bahkan lebih.

...وَإِن مِّنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌۭ ٢٤

"...Tidak ada satu umat pun yang tidak memiliki seorang pemberi peringatan." (QS Faathir: 24)

Photo by Muhammad Amaan on Unsplash

Dua puluh lima nabi dan rasul disebutkan namanya di dalam Al-Qur'an: Adam, Idris, Nuh, Hud, Saleh, Ibrahim, Ismail, Luth, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Syu'aib, Harun, Musa, Daud, Sulaiman, Ayyub, Dzulkifli, Yunus, Ilyas, Ilyasa, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad .

Jika seseorang tidak percaya kepada para nabi dan rasul Allah , dia menjadi kafir. Allah  berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُوا۟ بَيْنَ ٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍۢ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍۢ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا۟ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ١٥٠ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَـٰفِرُونَ حَقًّۭا ۚ

"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan Allah dan rasul-rasul-Nya dan ingin mengadakan perbedaan antara Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada sebagian dan kafir kepada sebagian yang lain”, dengan maksud hendak mencari-cari jalan tengah, mereka itulah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya...." (QS An-Nisa: 150-151)

Mengingkari satu nabi saja disamakan dengan mengingkari semua nabi. Hal ini dikarenakan mengingkari para nabi dan rasul berarti menolak ajaran mereka, yang disamakan dengan mengingkari sumber ajaran, yaitu Sang Pencipta. Hal ini menyebabkan kegagalan untuk mencapai penghambaan sejati kepada Allah yang telah diperintahkan kepada manusia.

Sebagai manusia, kita membutuhkan para rasul dan ajaran-ajaran mereka untuk memperbaiki hati kita, mencerahkan jiwa kita, dan membimbing pikiran kita. Kita membutuhkan para rasul untuk memberikan arah bagi kehidupan kita, untuk menghubungkan kita dengan kehidupan dan dengan Pencipta kehidupan. Ulama Ibnul Qayyim, menjelaskan kebutuhan manusia akan para rasul dan ajaran mereka, menulis:

Tiba-tiba ngajar lagi

Rabu, 24 Juli 2024

10 Juli 2024

It's like I'm joking, tapi nyatanya hari ini saya datang ke calon sekolah baru, interview, dan menyetujui kontrak yang ditawarkan. Padahal waktu itu di postingan ini sudah yakin banget nggak akan kembali. Hmmm, mungkin maksud saya dulu tuh nggak kembali ke sekolah itu(?!)

Awalnya gara-gara suami. Tiba-tiba suatu hari menawarkan untuk jadi guru bahasa Arab SMA. Sejujurnya, saya sendiri nggak terlalu pede untuk ngajar bahasa Arab karena ya memang nggak punya kompetensi. Terakhir kali tes bahasa Arab pakai web tes gratisan di internet, level bahasa Arab saya hanya setara A2 dengan standar CEFR. Tapi kan guru-guru bahasa Arab di luar sana juga banyak yang nggak pernah pakai bahasa Arab kalau lagi ngajar? Dan saya selalu penasaran pengen tahu gimana rasanya ngajar anak SMA. Jadi, saya coba deh daripada nganggur di rumah dan nggak bisa jajan buku seenaknya.

Ternyata, faktanya saya diminta ngajar pelajaran lain. PAI. Nggak susah, sih. Cuma ya.... bosen sebenernya. Tapi ya sudahlah, toh memang itu salah satu bidang yang saya kuasai. Jadi kita lihat saja nanti.

26 Juli 2024

Faktanya, saya diminta ngajar Tahsin/Tahfidz lagi. Itupun setelah suami nanya kepastian ke pihak sekolah, karena setelah saya datang 'ngobrol' waktu itu nggak ada follow up apa-apa. Hari ini saya datang ke sekolah jam 07.36 dan disambut beberapa guru yang rupanya lagi-lagi adalah adik tingkat di kampus. Jadi tampaknya nanti meskipun saya jadi guru baru, posisi saya akan jadi senior di sekolah baru ini.

Pengalaman pertama kali mengajar di kelas, hmmm..... makin mengingatkan diri bahwa saya memang sudah tua. Ditandai dengan makin senangnya saya bercerita hal-hal yang nggak ada hubungannya dengan pelajaran. 😂 Dari 2 kelas yang saya masuki, sepertinya mereka santai-santai saja dengan adanya guru baru. Mungkin sudah terbiasa gonta-ganti guru.


The Apothecary Diaries; another favorite I couldn't resist

Rabu, 17 Juli 2024

Saya nggak punya ekspektasi apa-apa waktu menonton anime ini. Nggak ada satupun yang merekomendasikan, nggak ada satu pun informasi tentangnya. Pokoknya murni ngasal klik aja karena gabut, seperti biasa. Bahkan awalnya saya pikir nggak pengen nonton karena style gambarnya yang lebih mirip anime China, entah saya lupa apa istilahnya. Tapi ya itu tadi, kalau sudah jodoh tuh akan ada saja jalan yang dipilihkan Tuhan supaya ketemu. 😜

A young maiden is kidnapped and sold into servitude at the emperor's palace, where she secretly employs her pharmacist skills with the help of the head eunuch to unravel medical mysteries in the inner court.

Berlatarbelakang Kekaisaran China di masa Dinasti Tang, The Apothecary Diaries bercerita tentang Maomao, seorang apoteker amatir yang tinggal di Distrik Hiburan, semacam lokalisasi nggak jauh dari Istana. Maomao hidup bersama seorang tabib tua di balik Distrik dan sangat akrab dengan rumah bordil yang paling prestisius. Minatnya pada ilmu pengetahuan dan racun membuat dia jadi sangat cerdas di usianya yang masih 17 tahun. Suatu pagi, dia diculik oleh sekelompok preman dan dijual menjadi pelayan di istana harem. Salah satu bagian istana yang berisi selir-selir raja dan para kasim.


Selama di istana, dia sengaja menyembunyikan kecerdasannya karena ingin hidup tenang. Selain itu, gajinya sebagai pelayan akan selalu dibagi dengan para penculik yang mengaku sebagai walinya. Kalau pihak istana tahu dia cerdas, maka gajinya akan lebih besar dan itu artinya mereka akan dapat jatah uang lebih juga. Maomao nggak rela berbagi uang dengan para penculik itu, sehingga dia pura-pura bodoh saja. Hanya sesekali dia membantu temannya membaca label di tumpukan pakaian yang harus mereka cuci.

Namun keadaan berubah ketika 2 bayi anak selir tertinggi mengalami sakit yang sama. Tabib istana harem yang tidak kompeten tidak mampu mengobati dan terjadi perseteruan antar 2 selir itu. Mereka menyangka masing-masing telah mengutuk anak mereka sehingga anak mereka sakit. Maomao yang cerdas dan kepoan langsung bisa menebak penyebab sakitnya 2 bayi itu, dan berusaha meninggalkan pesan untuk para selir tentang cara mengobati bayinya melalui surat yang dia tulis di kain seragamnya dan diikatkan pada ranting bunga di paviliun masing-masing selir.

Salah satu selir (Selir Gyokuyo) menuruti pesan itu dan bayinya sembuh. Lalu dia meminta pemimpin kasim (Jinshi) untuk mencari tahu siapa pengirim surat yang telah menyelamatkan anaknya. Nggak butuh waktu lama, Maomao langsung diangkat menjadi pelayan khusus Selir Gyokuyo sebagai pencicip makanan. Jinshi yang tertarik dengan kemampuan Maomao juga jadi sering meminta bantuan setiap kali ada kasus baru yang terjadi di lingkungan istana.

Menarik sejak episode pertama

Like I said, saya nggak tahu apa-apa waktu nonton anime ini. Awalnya saya pikir anime ini bergenre romance semacam My Happy Marriage simply karena posternya cuma berisi gambar Maomao dan Jinshi. Tapi ternyata saya salah besar. The Apothecary Diaries adalah salah satu contoh cerita yang bisa langsung ngasih plot menarik dengan karakter yang beragam dan dukungan musik yang sukses membuat tema berat jadi terkesan ringan. Ditambah dengan animasi yang cute dan dialog-dialog sarkas, bikin saya berkali-kali ketawa geli. Bisa dibilang The Apothecary Diaries ini bertema Sherlock Holmes dengan vibe ringan dan lucu. Dengan tema misteri pembunuhan yang selalu baru di tiap episode, saya jadi nggak bosen seperti ketika nonton Demon Slayer. #eh

Karena judulnya diary, maka cerita yang disajikan pun nggak jauh-jauh dari keseharian Maomao di istana dan kita akan selalu mendengar 'isi hati' Maomao ketika berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan gaya cerita seperti itu, kita jadi mudah mengenali karakter Maomao yang memang sudah kuat. I mean, karakter perempuan cerdas memang selalu menarik kan?! Ditambah dengan sifat yang ceplas-ceplos dan polos, membuat Maomao menjadi karakter yang mudah disukai. Jauh berbeda dengan Sherlock Holmes yang terkesan sombong dan arogan, Maomao justru digambarkan polos pada hal-hal tertentu walaupun punya banyak pengalaman dengan para pelacur di Distrik Hiburan. Selain itu, dia sangat tahu bagaimana menempatkan diri ketika berinteraksi. Padahal biasanya, orang-orang dengan karakter seperti Maomao itu jadi anomali. Tapi melihat Maomao, saya seperti disemangatin kalau orang-orang seperti kami akan bisa diterima jika berada di lingkungan yang tepat. Yang paham pada kalimat-kalimat sarkas dan sindiran halus. 😁

Interrelated mysteries

Setiap satu misteri terpecahkan, akan langsung disusul dengan kejadian lain. Pada episode-episode awal, kasus-kasus ini membantu kita memahami latar belakang Maomao dan kehidupan macam apa yang dijalaninya. Kita dikenalkan dengan bagaimana cara Maomao menganalisis situasi dan orang-orang di sekitarnya sekaligus dibuat penasaran dengan karakter-karakter itu. Siapa Maomao sebenarnya, apakah Jinshi benar-benar seorang Kasim, kehidupan para selir dan kompetisinya, dan segala kondisi sosial yang diceritakan lewat POV Maomao. Setelah cukup bikin penasarannya, barulah misteri yang saling berkaitan muncul yang nanti akan mengungkap sedikit demi sedikit kenyataan yang selama ini ditutupi oleh Maomao dan Jinshi.

Kisah cinta yang bukan sekadar bumbu

Dengan latar belakang lokalisasi dan istana harem, cerita Maomao tentu tidak pernah jauh-jauh dari interaksi laki-laki dan perempuan dengan motivasi transaksional. Namun di episode 3 kita disuguhi kisah cinta syahdu yang membuat Selir Gyokuyo iri. Interaksi Maomao dan Jinshi pun memberi warna lain tentang ekspresi cinta dan kasih sayang. Dan tentu saja, bagian akhir anime bikin saya meneteskan air mata bahagia dan lega. Ending yang nggak nggantung walaupun disampaikan dengan samar-samar oleh Maomao justru membuat saya makin penasaran, seperti apa kelanjutan kehidupannya di istana setelah identitasnya diketahui oleh Jinshi.

Overall, saya sangat suka The Apothecary Diaries dan sekarang sedang melanjutkan membaca manganya. Semenarik itu ceritanya sampai saya nggak sabar menunggu tahun depan untuk menonton animenya. Tapi, setelah mengajak suami nonton sampai 10 episode tadi malam sepertinya saya bisa bilang bahwa anime ini bukan untuk semua orang. Apalagi orang-orang yang nggak suka mikir. Karena bahkan dengan bantuan pembawaan ringan pun, suami saya masih nggak paham apapun dari anime ini dan menyerah, nggak mau ngelanjutin lagi. Jadi, kalau kalian nggak suka sama cerita Sherlock Holmes bisa dipastikan kalian juga nggak akan suka sama anime ini.

What I want in Jannah

Rabu, 10 Juli 2024

Beberapa waktu lalu saya  melihat video di Instagram, seseorang menyebutkan keinginan-keinginannya jika nanti dia berada di surga. Saya lalu merasa ingin juga membuat bucket list tentang harapan-harapan yang pernah terpikir atau saya ucapkan tentang surga. Pernah kan kita ngobrol-ngobrol sama teman atau siapa gitu, bahas tentang akhirat? Beberapa kali pasti bahas tentang surga. Tapi pernah nggak nulisin impian dan keinginan yang ingin kita dapat nanti di surga? Kalau afirmasi positif di dunia saja diseriusin, apalagi akhirat, kan?! 

Sebenarnya ini keinginan yang sudah lama saya pendam. Tapi saya selalu ragu untuk menulisnya karena saya yakin orang yang baca akan salah paham. Seolah-olah saya ini orang yang nggak bersyukur. However, kembali ingat sama tujuan saya mengaktifkan blog ini adalah supaya jujur pada perasaan maka saya putuskan untuk benar-benar menulisnya kali ini.

What is Jannah to you? It might be different for everyone to an extent because in this life, we don't all like the same things or necessarily want the same things, but you have to realize that you're dealing with Allah subhanahu wa'ta'ala who created you, who knows what pleases you and is promising you a paradise that will forever please you. -Jannah: Home at Last, Yaqeen Institute-

Kerjaannya AI

Kita semua tahu bahwa kita bisa minta apapun di surga. Imam Omar Suleiman mengatakan, batasannya hanyalah imajinasi kita. Tapi sampai saat ini, saya masih sering berpikir apakah mungkin satu keinginan saya ini bisa terwujud? Karena sepertinya keinginan saya justru sangat bertolak belakang dengan janji Allah untuk para penghuni surga. Dan ini bukan benda. Beberapa teman saya ada yang pernah bilang kalau mereka nggak suka sungai, nggak suka perhiasan, dan lain-lain yang bisa kita temukan janji-janji itu di Al-Qur'an. Sementara saya, saya ingin sendirian di surga. Apakah mungkin?

Pikiran tentang kemungkinan ini selalu muncul setiap kali saya merasa suntuk dan menyendiri di kamar karena pusing mendengar suara orang rumah. Saya selalu berdoa dalam hati, semoga saya bisa tinggal sendiri di surga. Tapi apakah mungkin? Bisa saja Allah akan membuat saya jadi menyukai keluarga dan manusia pada umumnya nanti di surga, sebagaimana Allah menghilangkan ghill pada hati orang-orang beriman? Tapi bukankah itu berarti Allah mengerdilkan harapan saya? Begitu juga orang-orang yang nggak menyukai perhiasan di dunia, bisa saja Allah buat mereka jadi menyukainya nanti di surga? At this point, saya sadar lagi betapa kurang ajarnya saya. 😞

Saya ingin perpustakaan yang berisi semua cerita di dunia dan menghabiskan waktu selamanya di sana. Itu mudah. Saya ingin berkebun di halaman rumah dan menanam bunga, buah-buahan dan sayuran. Itu juga mudah. Tapi sendirian? Tidak bertemu dengan siapapun? Kalau dipikir-dipikir, boleh nggak ya? Atau gini deh, nggak pa-pa sesekali ketemu orang-orang dan keluarga tapi tinggalnya tetap sendirian ya Allah. Itu aja, please. Saya udah capek banget hidup di dunia berurusan sama orang. Masa di surga harus ketemu orang lagi?!

Tips memilih pesantren untuk anak dari alumni pesantren

Rabu, 03 Juli 2024

Meskipun tips memilih pesantren banyak bertebaran di internet, iklan-iklan sekolah Islam/pesantren juga muncul terus di media sosial, sepertinya memang rekomendasi dan review dari mulut ke mulut masih tetap jadi pertimbangan terbesar orang memilih sekolah, atau apapun lah! Dulu waktu masih jadi guru, biasanya kalau sudah masa-masa pendaftaran siswa baru, atau seputaran bulan September-Desember teman-teman lama akan menghubungi saya meminta rekomendasi sekolah atau pesantren. Kebanyakan sih buat keponakannya, dan mereka minta saran saya bukan hanya karena saya guru pesantren sekaligus alumni pesantren tapi juga karena saya paling brutal kalau sudah berpendapat. Nggak mikir jaga perasaan, pokoknya apa adanya saja. That's why, saya nggak pernah merekomendasikan sekolah tempat saya bekerja kepada mereka. Karena menurut saya, tempat kerja saya bukanlah pesantren. Kita akan bahas itu nanti.

Photo by Nicate Lee on Unsplash

Setiap kali diminta rekomendasi, saya pasti akan menanyakan dulu tujuan orang tua menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren. Hal ini penting, karena ternyata sekarang definisi pesantren itu sudah jauh bergeser dari yang dulu -setidaknya saya pahami-. Dulu seingat saya, yang namanya pesantren itu pasti santrinya pinter ngaji, bisa memimpin doa dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang agama. Karena dulu jenis-jenis pesantren juga hanya ada 2, pesantren biasa (yang belajar ilmu agama seluruhnya) dan pesantren khusus (yang khusus menghafal Al-Qur'an, khusus belajar kaligrafi, dll). Yang jenis kedua ini pun nggak terlalu populer, tapi justru sekarang pesantren tahfidz jadi yang paling ramai dicari orang. Oh iya, pesantren modern menurut saya masuk ke kategori pertama, karena pada dasarnya di sana ya belajar ilmu agama juga. Hanya saja pemakaian bahasa sehari-harinya bukan bahasa daerah, tapi bahasa Arab dan Inggris. Gontor jadi salah satu contohnya.

Ternyata seiring berjalannya waktu, setelah dewasa saya baru tahu kalau ada jenis pesantren yang ketiga. Namanya Islamic Boarding School. Keren banget nggah tuh, namanya? Kalau secara etimologi sih sebenarnya nggak terlalu berbeda dengan pondok pesantren. Tapi ternyata praktiknya beda jauh, saudara-saudara. Maka dari itu, sangat penting untuk Anda mengetahui perbedaan itu. Supaya nggak salah paham, menyangka anaknya akan belajar agama dengan baik padahal sekolahnya 'hanya' di Islamic Boarding School.

Jadi, apa tujuan memasukkan anak ke 'so-called' pesantren?

Pesantren sebagai bengkel anak rasanya bukan lagi hal baru yang perlu kita bicarakan, ya? Saya juga nggak merasa perlu melakukan klarifikasi apa-apa tentang hal itu karena nyatanya saya adalah salah satu produk rusak hasil reparasi pesantren 😂. Maka, menurut saya nggak pa-pa banget kalau orang tua menjadikan pesantren sebagai salah satu ikhtiar dalam memperbaiki keadaan anaknya. Dalam kasus ini, apapun pesantren yang dipilih nggak akan terlalu berpengaruh, mau ke pesantren modern, tradisional, tahfidz atau Islamic Boarding School sama saja. Karena tujuan utamanya adalah pada perbaikan akhlak dan budi pekerti, dan itu sepertinya jadi satu-satunya kesamaan dari semua jenis pesantren yang ada sekarang. Tapi yang perlu dan pentiiiing sekali diingat oleh orang tua adalah, anak bukan barang. Pada akhirnya yang memperbaiki hati dan jiwa anak kita adalah Allah. Jadi kalau ternyata setelah masuk pesantren anak kita masih begitu-begitu saja, bukan berarti pesantrennya yang nggak becus mendidik anak. Bisa jadi memang belum waktunya kesadaran itu muncul pada diri anak kita. Atau karena memang Anda nggak layak punya anak bener. #eh Saya sendiri keluar pesantren di usia 15 tahun dan baru mulai bener di usia 18.

Yang sangat penting dimiliki oleh orang tua yang punya tujuan memperbaiki anaknya adalah; berdoa teruuuus! Karena pendidikan sudah diserahkan kepada pesantren, maka tugas Anda adalah mendoakan. Siapa yang didoakan? Bukan cuma anak, tapi juga guru-gurunya. Jangan pelit dan mengerdilkan dahsyatnya doa. Kan Allah sesuai prasangka hambanya?!

Tapi kalau sudah punya tujuan yang jelas tentang kemampuan seperti apa yang diharapkan dari anak, bisa deh mulai dipilih jenis pesantren yang cocok untuk mengembangkan kompetensinya. Model-model orang tua visioner nih cocok banget diajak ngobrol beginian. Coba diajak ngobrol dulu anaknya. Cita-citanya mau jadi apa, atau minimal sukanya belajar apa. Kalau anaknya pemalu macam anak saya, berarti orang tua yang harus lebih perhatian dikit. Dilihat selama ini anaknya paling suka pas lagi belajar apa. Atau kalau Anda adalah orang tua yang beruntung itu, yang punya anak super penurut, setidaknya tetap minta pendapatnya tentang masa depan yang dia inginkan, atau cari tahu bakat dan keterampilan anak. Bekal itu akan memudahkan kita dalam memilih jenis pesantren yang cocok untuk anak.

Kalau anak punya kecerdasan dibidang akademik, pilihannya jadi lebih mudah. Banyak pesantren tradisional yang jaringannya sudah sampai timur tengah. Yang latar belakang NU, biasanya lulusannya yang berprestasi punya kesempatan belajar ke Yaman dan sekitarnya. Pesantren modern lebih luas lagi, bisa ke negara-negara Barat juga. Tapi kalau ternyata anak lebih suka pada bidang-bidang non-akademik, maka yang perlu kita perhatikan adalah ada atau tidaknya sarana-dukungan untuk mengembangkan bakat itu di pesantren nantinya. Guru ngaji saya dulu punya kemampuan splash painting. Setelah masuk pesantren beliau berhenti melukis karena tidak ada waktu untuk berlatih. Memang beliau nggak menyesali itu, tapi kalau Anda peduli sebaiknya pertimbangkan juga hal-hal seperti itu. Kalau anak Anda suka membaca dan ingin jadi penulis, misalnya, jangan dimasukkan ke pesantren yang melarang bacaan diluar buku pelajaran. Pesantren saya contohnya, nggak boleh santri membaca selain buku pelajaran kecuali pada jadwal rukhsah.

Tapi, masalahnya adalah...

Selama 10 tahun menjadi guru saya menemukan banyak orang tua yang ternyata nggak punya cita-cita yang jelas untuk anaknya. Setiap interview atau ngobrol, perbincangan yang paling sering diucapkan hanyalah tentang harapan agar anaknya jadi hafidz Qur'an, sopan kepada orang tua atau shalat 5 waktu tanpa diperintah. Hanya 3 hal itu. Sejujurnya itu membuat saya sedih.

Bukan berarti 3 hal itu nggak penting, tapi alangkah kecilnya cita-cita kita untuk generasi masa depan?! Pernah suatu hari saya curhat kepada sesama guru, "mungkin salah satu alasan kenapa kita sangat kesulitan mendidik juga karena orang tua yang terlalu receh harapannya?" Karena lihatlah tokoh-tokoh agama ini, baik yang berpengaruh besar (Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih, dll) maupun yang dikenal justru karena ketawadhu'annya (Uwais Al-Qarni, Abu Muslim, dll) mereka adalah orang-orang yang visinya jauh menembus langit melampaui kehidupan dunia. Kalau harapan kita hanya punya anak yang sopan kepada orang tua, alangkah banyak orang yang berwajah manis hanya di depan tapi sadis di belakang? Dan -I'm not sorry- itu yang banyak saya temukan pada anak-anak sekolah Islam, mereka manipulatif. Ketika ada tamu begitu sopan tapi luar biasa sulit diatur oleh guru dan orang tua. Lebih sedih lagi ketika orang tua yang ingin anaknya menjadi hafidz Qur'an supaya bisa mendapat jaminan masuk PTN. 😩

Saya kasih tahu ya, Bapak dan Ibu... Orang tua saya dulu, walaupun anaknya ini nakal begajulan tapi mereka selalu bilang kepada saya bahwa mereka berharap saya jadi da'i. Yes, di hadapan saya. Padahal mereka bahkan nggak ngerti alif, ba, ta. Dan meskipun sekarang saya nggak jadi ustadzah Nabilah tapi setidaknya ternyata harapan orang tua saya itu seperti menuntun jalan hidup yang saya tempuh selama ini. Jadi, jangan terlalu rendah lah cita-citanya. Kasihan anak-anak yang sebenarnya punya banyak kesempatan, jadi terhambat karena orang tuanya yang nggak punya visi masa depan.

***

Setelah masalah cita-cita dan tujuan selesai, selanjutnya baru memilih pesantren. And let me tell you, sekolah-sekolah Islam yang berlabel Islamic Boarding School itu menurut saya kebanyakan bukan pesantren. Sekalipun mereka mengklaim sebagai pesantren, itu hanya 'pesantren ala-ala'. Sekali lagi, istilah pesantren ala-ala ini bukan saya yang buat, ya. Adalah salah seorang coach pendidikan yang pernah mengucapkannya beberapa tahun lalu pada sebuah seminar pendidikan. Karena kalau kita kembalikan makna pesantren seperti awalnya dulu muncul, sebuah pesantren itu berdiri justru diawali dari adanya Kyai atau tokoh agamanya dulu. Baru kemudian santri hadir, disusul dengan bangunannya. Pesantren sekarang kan kebalik, ya? Sekolahnya dulu dibangun, pasang iklan di mana-mana, baru santrinya daftar.

Tapi anggaplah proses itu tidak penting, label pesantren yang banyak diklaim sekolah-sekolah Islam berbasis asrama sekarang sungguh membuat saya khawatir. Pernah di suatu podcast, saya lupa apa namanya pokoknya yang sama Gustika Jusuf -Hatta, temennya itu ngaku alumni pesantren dan setelah saya cari ternyata dia lulusan SMA IT Al-Kahfi. Lagi-lagi, I'm not sorry tapi Al-Kahfi bukan pesantren bagi saya. Kok bisa?! 

Jadi gini, karena saya adalah alumni pesantren maka saya punya standar tentang sebuah pesantren. Bagaimana mungkin seseorang bisa disebut sebagai santri kalau bahkan shalat 5 waktu saja, di pesantren, di pesantren nih ya, harus digiring sama gurunya. Saya kaget waktu berkunjung ke Asy-Syifa dan ternyata proses belajar agamanya di sana berbentuk kajian tematik bulanan. Kok bisa kayak gitu dibilang pesantren? Dengan porsi belajar yang hanya sebulan sekali begitu, kira-kira sebanyak apa si santri bisa belajar? Padahal ilmu agama itu luas dan banyak.

Kalau begitu, standar pesantren itu seperti apa? Bagi saya, sebuah pesantren yang standar itu bisa dilihat dari santrinya. Salah satunya ketika shalat, standarnya mereka hadir ke masjid tanpa diperintah dan tenang di masjid menunggu shalat. Standarnya, santri pesantren itu lancar membaca Al-Qur'an meskipun mungkin tidak sempurna. Dan tidak menyepelekan ilmu agama. Jujur saya merasa aneh nulis ini, tapi sampai sekarang masih sangat tidak masuk nalar buat saya bagaimana mungkin ada pesantren yang santrinya tidak bisa bahasa Arab. Bukan harus lancar bicara atau baca kitab kuning ya, tapi setidaknya basicnya saja lah. Bahkan banyak yang nggak bisa nulis Arab. Pesantren macam apa itu? Saya dulu bahkan pernah bilang kepada anak-anak murid yang sering mengeluh dengan jadwal belajar, 'kalian ini cuma sekolah sambil ngaji aja ngeluh melulu.' Nah, mungkin itu ungkapan yang cocok untuk kebanyakan sekolah Islam berasrama yang ada sekarang. Sekolah sambil ngaji. Bahkan TPA di depan rumah saya dulu lebih bagus kurikulumnya. 😪

Dosen saya dulu juga pernah menyampaikan keluhannya tentang Islamic Boarding School yang mahal-mahal itu. Karena beliau juga pernah sekolah berasrama jadi beliau bandingkan dengan sekolahnya dulu yang menurutnya lebih baik. Dengan uang pendaftaran puluhan juta, anaknya nggak bisa diajak ngobrol pakai bahasa Arab ketika mereka ketemu. Padahal itu 'jualan' sekolahnya lho... Jadi, menurut hemat saya untuk memilih pesantren yang berkualitas cara paling sederhana adalah dengan melihat jadwal belajar harian di sekolah maupun di asramanya. Bagi saya, setidaknya porsi belajar agama harus sama dengan ilmu lainnya. Kalau jadwal belajar agamanya hanya sepekan sekali apalagi sebulan sekali, sudah lupakan saja. 

Tapi lagi-lagi, kalau memang dari orang tuanya saja sudah cetek cita-citanya sepertinya saran saya nggak akan terlalu berguna. Apalagi bagi orang tua yang menjadikan pesantren hanya sebagai tempat penitipan anak. Yang terjadi pasti nanti orang tua ikut campur dan mengatur proses belajar. 

Bayangkan mobil kita sedang diperbaiki di bengkel, dan tiap montirnya megang kitanya ikut ngatur ini-itu. Pasti dibalikin tuh mobil ke kita, ya kan?! Atau misalnya si montir bilang butuh 3 hari diperbaiki, baru sehari kita mau pinjam mobilnya buat nganter istri jalan ke mall. Resiko tanggung sendiri.

Ini salah satu penyakit yang paling banyak saya temui selama mengajar. Orang tua yang nggak menghormati peraturan sekolah dan selalu mencari alasan untuk mengajak anaknya meninggalkan asrama. Orang tua semacam ini buat saya mending lempar ke laut saja. Mereka ini yang jauh lebih mengenaskan daripada orang tua yang bercita-cita rendah. Mereka bahkan merendahkan guru dan ilmu itu sendiri. Mereka menganggap bahwa sekolah berasrama hanyalah tempat untuk menitipkan anak yang aman, dan anak bisa mereka ambil kapan saja kalau mereka butuh. Mereka sama sekali nggak memahami kemuliaan ilmu dan ahli ilmu dalam Islam, dan mereka tidak peduli. Orang tua model begini yang saya juga tidak akan peduli sama anaknya. Makanya saya kemudian memilih resign, karena ternyata memang sebanyak itu orang tua yang berjenis seperti itu.

Para Malaikat

Rabu, 26 Juni 2024

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ ٣٠ نَحْنُ أَوْلِيَآؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِىٓ أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ٣١ 

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah", kemudian mereka tetap istiqomah, niscaya para malaikat akan turun kepada mereka dan berkata, "Janganlah kamu takut dan janganlah kamu berduka cita. Sebaliknya, bergembiralah dengan kabar gembira tentang surga yang telah dijanjikan kepada kalian. Kami adalah penolong-penolongmu di dunia dan di akhirat. Di sana kalian akan mendapatkan apa saja yang kalian inginkan, dan di sana kalian akan mendapatkan apa saja yang kalian minta." (QS Fushshilat: 30-31)

Photo by Javardh on Unsplash

Kepercayaan Kepada Para Malaikat

Percaya kepada malaikat adalah rukun iman yang kedua. Malaikat adalah bagian dari alam gaib dan dengan demikian kita tidak dapat memahami esensi dan sifat-sifatnya secara utuh. Kita hanya mengetahui dan menerima apa yang telah Allah wahyukan kepada kita tentang mereka tanpa mempertanyakan lebih lanjut. Salah satu aspek dari iman adalah beriman kepada yang gaib tanpa mengurangi atau menambah apa yang telah diungkapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Tidak seperti manusia, malaikat tidak memiliki kehendak bebas. Akibatnya, mereka tidak memiliki keinginan dan juga tidak melakukan dosa atau kesalahan. Hubungan mereka dengan Allah adalah hubungan penghambaan, penyembahan, ketaatan, dan ketundukan penuh pada perintah-perintah-Nya. Mereka berdiri, ruku', dan sujud dalam penyembahan yang terus menerus kepada Sang Pencipta. Selain memuji dan menyembah Allah, para malaikat melaksanakan kehendak-Nya secara sempurna dan tanpa pertanyaan. Malaikat bertanggung jawab untuk mengelola urusan ciptaan dan mengawasinya. Dalam hubungannya dengan manusia, malaikat terlibat sepanjang hidup manusia dari pembuahan hingga kematian. Mereka secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam proses yang lengkap, khususnya dalam kehidupan orang-orang beriman.

Setiap malaikat diberi tugas yang unik dan semuanya bekerja sama secara serempak. Ada beberapa malaikat yang ditugaskan untuk menjaga janin selama berada di dalam rahim ibu. Mereka, pada kenyataannya, meniupkan kehidupan ke dalam janin pada waktu yang tepat dan mencatat aspek-aspek penting dari kehidupan seseorang. Beberapa malaikat diberi tanggung jawab untuk menjaga setiap orang selama hidupnya di bumi ini. Mereka melindungi orang tersebut dari depan dan dari belakang dari segala sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah. Catatan setiap manusia dipelihara dalam catatan para malaikat pencatat, yang ditugaskan kepada seseorang selama hidupnya. Mereka menulis catatan amal perbuatan yang akan diperlihatkan pada Hari Kiamat. Malaikat Maut dan para pembantunya dipercayakan dengan tugas untuk mengambil jiwa setiap manusia pada saat kematian. Ada juga malaikat yang bertanggung jawab atas jiwa selama 'pengadilan di alam kubur'. Mereka dikenal dengan nama Munkar dan Nakir. Mereka akan menanyai jiwa di dalam kubur dan hasil akhir di akhirat akan diberitahukan. Ada banyak tugas lain yang diberikan oleh Allah kepada malaikat.

Kepercayaan kepada malaikat adalah elemen penting dalam sistem kepercayaan seorang Muslim. Beriman kepada mereka berarti menerima segala sesuatu yang telah diceritakan dalam Al Qur'an dan Hadits. Dari sumber-sumber ini, kita mengetahui beberapa sifat, karakteristik, nama, dan tanggung jawab mereka. Kita memahami hubungan mereka dengan umat manusia dan kesempurnaan mereka dalam melaksanakan perintah-perintah Tuhan mereka. Makna yang sebenarnya muncul ketika seseorang memahami pengaruh keimanan kepada malaikat terhadap seorang mukmin. Keyakinan ini membantu seseorang untuk bersabar, berdedikasi, dan taat kepada Allah. Mengetahui bahwa malaikat mengawasi dan mencatat setiap saat akan membuat orang beriman memperhatikan setiap tindakannya, ingin menyenangkan Allah dengan perbuatannya. Orang yang benar-benar beriman tahu bahwa dia tidak sendirian di jalan menuju Allah, sehingga para malaikat memberikan keamanan dan kenyamanan. Ada kenyamanan terutama dalam menyadari bahwa tidak ada bahaya yang dapat menimpa seorang mukmin kecuali dengan kehendak dan ketetapan Allah. Allah telah membuat segala sesuatu di alam semesta ini mengalir dalam keselarasan yang indah. Para malaikat adalah bagian dari hal ini dan mereka terjalin secara rumit dalam kehidupan umat manusia. Mereka memiliki manfaat yang besar bagi orang beriman, dalam memberikan kenyamanan bagi hati dan jiwa, dalam membimbing kepada perbuatan baik, dan dalam memberikan kekuatan untuk menjadi saleh dan tabah.

Menghubungkan anak dengan para Malaikat

Anak-anak juga dapat terhubung dengan malaikat sejak usia muda. Sehubungan dengan para nabi dan wahyu, penting bagi anak-anak untuk percaya kepada malaikat karena mereka adalah penghubung antara Allah dan para rasul-Nya. Akan sulit untuk mempercayai datangnya wahyu, khususnya Al Qur'an, tanpa mengetahui dan mempercayai malaikat. Malaikat Jibril, tentu saja, adalah malaikat pembawa wahyu dan dia datang kepada semua nabi. Dia datang kepada Nabi Muhammad  selama dua puluh tiga tahun. Maka, beriman kepada para malaikat (dan secara khusus kepada Jibril) merupakan prasyarat untuk beriman dan membenarkan Al-Qur'an.

Anak-anak dapat dibacakan kisah-kisah di mana para malaikat berbicara kepada para nabi atau manusia lainnya. Kisah yang paling populer, tentu saja, adalah ketika Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad  di gua Hira. Kisah isra' dan mi'raj adalah contoh lain di mana Malaikat Jibril menemani Nabi Muhammad  ke langit tertinggi. Seperti yang diceritakan dalam Al-Qur'an, malaikat mendatangi berbagai nabi untuk membawa berita, seperti Nabi Ibrahim, Zakaria dan Luth. Ada banyak contoh lainnya.

Sangat menarik bagi anak-anak untuk mendengar deskripsi malaikat yang mencerminkan kekuatan dan kemampuan Allah. Dalam sebuah hadits, misalnya, disebutkan bahwa Malaikat Jibril terlihat oleh Nabi  menutupi cakrawala dengan enam ratus sayap. Malaikat juga dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti manusia. Anak-anak kemudian dapat mulai memahami keagungan dan kehebatan ciptaan Allah. Mereka harus percaya pada sifat-sifat malaikat ini tanpa mendistorsi atau mencoba menggambarkannya dengan cara apa pun.

Ada kisah-kisah lain tentang malaikat yang mengandung pelajaran berharga. Kisah-kisah ini dapat digunakan untuk mengajarkan tentang malaikat, sementara pada saat yang sama memberikan moral dan nilai-nilai penting kepada anak-anak. Berikut ini adalah beberapa contohnya:

Nabi  bersabda: "Seseorang mengunjungi saudaranya di kota lain, Allah mengutus malaikat untuk menunggunya dalam perjalanan, dan ketika orang itu datang kepadanya, dia bertanya: Kemana kamu hendak pergi? Dia menjawab: Aku berniat untuk mengunjungi saudaraku di kota ini. Malaikat itu bertanya: Apakah kamu telah melakukan kebaikan untuknya (yang ingin kamu dapatkan balasannya?) Dia menjawab: Ya: Tidak, kecuali ini: aku mencintainya karena Allah -'Azza wa Jalla-. Kemudian beliau bersabda: Aku adalah utusan Allah kepadamu (untuk memberitahukan kepadamu) bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya (karena-Nya)."

Nabi  bersabda: "Di antara Bani Israil ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Dia pergi untuk bertanya (apakah taubatnya diterima atau tidak). Ia menemui seorang rahib dan bertanya apakah taubatnya dapat diterima. Rahib itu menjawab tidak, lalu orang itu membunuhnya. Dia terus bertanya sampai seorang pria menyarankannya untuk pergi ke desa ini dan itu. (Maka ia pun pergi ke sana) tetapi kematian menjemputnya di tengah jalan. Ketika ia terbaring sekarat, ia membalikkan dadanya ke arah desa tersebut (di mana ia berharap taubatnya akan diterima), sehingga malaikat rahmat dan malaikat siksa bertengkar satu sama lain mengenai dirinya. Allah memerintahkan desa yang dituju untuk mendekat kepadanya, dan memerintahkan desa yang dituju untuk menjauh, lalu Allah memerintahkan para malaikat untuk mengukur jarak antara jasadnya dengan kedua desa tersebut. Maka dia didapati berada satu jengkal lebih dekat ke desa (yang dituju). Maka ia pun diampuni."

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah  bersabda: "Allah berkehendak untuk menguji tiga orang Israel, yaitu seorang yang berpenyakit kusta, seorang yang buta, dan seorang yang berkepala botak. Maka, dia mengutus seorang malaikat yang mendatangi si penderita kusta dan berkata: Apa yang paling kamu sukai? Si penderita kusta menjawab: Warna kulit yang bagus dan kulit yang baik, karena orang-orang sangat membenci saya. Malaikat itu menyentuhnya dan penyakitnya sembuh, dan dia diberi warna kulit yang bagus dan kulit yang indah. Malaikat itu bertanya kepadanya: Harta apa yang paling kamu sukai? Ia menjawab: Unta (atau sapi). (Perawinya ragu, karena orang yang berpenyakit kusta atau orang yang berkepala botak meminta unta dan yang lainnya meminta sapi). Maka dia (si penderita kusta) diberi unta betina yang sedang hamil, dan malaikat berkata (kepadanya): Semoga Allah memberkatimu dengannya. Malaikat itu kemudian mendatangi orang yang berkepala botak dan bertanya: Apa yang paling kamu sukai? Dia menjawab: Aku ingin rambut yang bagus, dan ingin disembuhkan dari penyakit ini, karena orang-orang merasa jijik kepadaku. Malaikat itu menyentuhnya dan penyakitnya sembuh, dan dia diberi rambut yang bagus. Malaikat bertanya (kepadanya): Harta apa yang paling kamu sukai? Dia menjawab: Sapi. Malaikat memberinya seekor sapi betina yang sedang hamil dan berkata: Semoga Allah memberkatimu dengannya. Malaikat itu kemudian mendatangi orang buta itu dan bertanya: Apa yang paling kamu sukai? Dia menjawab: (Saya ingin) agar Allah mengembalikan penglihatan saya sehingga saya dapat melihat orang-orang. Malaikat menyentuh matanya dan Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat kemudian bertanya kepadanya: Harta apakah yang paling kamu sukai? Ia menjawab: Domba. Malaikat memberinya seekor domba yang sedang hamil. Setelah itu, ketiga hewan yang bunting itu melahirkan anak-anaknya, lalu berkembang biak dan beranak-pinak hingga salah satu dari ketiga orang itu memiliki kawanan unta yang memenuhi sebuah lembah, dan yang lainnya memiliki kawanan sapi yang memenuhi sebuah lembah, dan yang lainnya lagi memiliki kawanan domba yang memenuhi sebuah lembah. Kemudian malaikat yang menyamar dalam bentuk dan rupa orang yang berpenyakit kusta mendatangi orang yang berpenyakit kusta itu dan berkata: Aku adalah orang miskin yang kehilangan segala mata pencaharian dalam perjalanan, maka tidak ada yang dapat memenuhi kebutuhanku kecuali Allah dan kemudian kamu. Dengan menyebut nama Allah yang telah memberimu warna yang indah, kulit yang indah, dan harta yang begitu banyak, aku mohon agar engkau memberiku seekor unta agar aku dapat mencapai tujuanku. Laki-laki itu menjawab: Saya mempunyai banyak kewajiban (jadi saya tidak dapat memberikan satu pun kepadamu). Malaikat itu berkata: Sepertinya aku mengenalmu; bukankah kamu penderita kusta yang sangat dibenci orang? Bukankah kamu orang miskin, lalu Allah memberimu (semua harta ini)? Laki-laki itu menjawab: (Tidak demikian,) Harta ini saya peroleh melalui warisan nenek moyang saya. Malaikat berkata: Jika kamu berbohong, biarlah Allah menjadikan kamu seperti semula. Kemudian malaikat itu, menyamar dalam wujud dan penampilan seorang laki-laki botak, mendatangi laki-laki botak dan mengatakan kepadanya hal yang sama seperti yang dia katakan kepada orang pertama, dan dia pun menjawab sama seperti orang pertama. Malaikat berkata: Jika kamu berbohong, biarlah Allah menjadikan kamu seperti semula. Malaikat yang menyamar sebagai orang buta itu mendatangi orang buta itu dan berkata: Aku orang miskin dan seorang musafir, yang penghidupannya telah habis dalam perjalanan. Aku tidak punya siapapun yang bisa menolongku kecuali Allah. dan setelah Dia, kamu sendiri. Aku memohon kepadamu, dengan nama Dia yang telah mengembalikan penglihatanmu, agar diberikan kepadaku seekor domba, agar dengan bantuannya aku dapat menyelesaikan perjalananku. Laki-laki itu berkata: Tentu saja, aku buta dan Allah mengembalikan penglihatanku; Aku miskin dan Allah menjadikanku kaya; jadi ambillah apa pun yang kamu inginkan dari propertiku. Demi Allah, aku tidak akan melarangmu mengambil apa pun (yang kamu perlukan) dari hartaku, yang boleh kamu ambil karena Allah. Malaikat itu menjawab: Jagalah hartamu. Kalian semua (ketiga orang itu) telah diuji, dan Allah ridha kepadamu dan murka terhadap kedua sahabatmu.”

Photo by Daesun Kim on Unsplash

Kisah-kisah dari hadits ini membantu anak-anak untuk memperkuat keyakinan bahwa malaikat itu nyata dan bahwa Allah memiliki tujuan dalam mengutus mereka. Mereka adalah utusan Allah dalam kehidupan ini dan dengan mengutus mereka, berarti Allah memperhatikan ciptaan-Nya dan mengintervensi kehidupan mereka sesuai dengan keinginan-Nya dan pada waktu yang tepat. Mereka adalah penghubung langsung antara Allah dan hamba-hamba-Nya di dunia ini.

Para malaikat, pada kenyataannya, bertanggung jawab untuk mengelola urusan ciptaan dan mengawasinya. Aspek ini mengatur benda-benda bernyawa dan benda mati, hukum-hukum dan prinsip-prinsip, serta jin dan manusia. Beberapa malaikat tertentu dipercayakan untuk mengatur matahari dan bulan, dan yang lainnya mengatur planet-planet, awan, hujan, dan gunung-gunung. Semua ini melibatkan pelaksanaan ketetapan Allah yang telah ditetapkan untuk semua ciptaan. Allah  merujuk kepada para malaikat:

فَٱلْمُدَبِّرَٰتِ أَمْرًۭا

"Maka mereka mengatur urusan-urusan (yang diperintahkan Tuhan mereka)" (QS An-Nazi'at:5)

Masing-masing malaikat dipercayakan dengan tugas yang berbeda dalam memenuhi perintah-perintah ini.

Anak-anak dengan mudah memahami konsep-konsep ini, yang dapat diperkenalkan ke dalam percakapan. Ketika hujan turun, mereka mungkin akan bertanya dari mana hujan itu berasal. Mereka mungkin akan menjawab, "Allah." Kemudian mereka mungkin akan bertanya, "Siapa yang mengikuti perintah Allah untuk menurunkan hujan?" Mereka akan menjawab, "Para malaikat." Mereka juga dapat diberitahu nama malaikat tertentu, Mika'il, yang bertanggung jawab atas tugas ini. Pengingat-pengingat kecil semacam ini bekerja sama untuk menegaskan dan meneguhkan kembali keyakinan kepada Allah dan malaikat-Nya. Meskipun anak-anak tidak dapat melihat para malaikat, mereka harus memahami bahwa mereka ada.

Anak-anak harus diajari bahwa malaikat terlibat dalam banyak aspek kehidupan mereka. Hal ini dimulai sejak mereka masih berada di dalam rahim ibu mereka. Para malaikat ditugaskan untuk merawat mereka selama berada di dalam rahim ibu mereka. Mereka, pada kenyataannya, menghembuskan kehidupan ke dalam janin pada waktu yang tepat dan mencatat aspek-aspek penting dari kehidupan seseorang. Rasulullah  bersabda: "Cara penciptaan kalian masing-masing adalah bahwa kalian dikumpulkan di dalam rahim ibu kalian selama empat puluh hari sebagai setetes sperma, selama empat puluh hari berikutnya sebagai segumpal darah yang menempel di dinding rahim, dan kemudian untuk waktu yang sama sebagai segumpal daging. Kemudian diutuslah seorang malaikat dan dia meniupkan ruh ke dalam tubuhmu dan dibebankan dengan empat perintah: menuliskan rizkimu, umurmu, amal perbuatanmu, dan apakah kamu akan celaka atau bahagia."

Ketika anak-anak mencapai usia tanggung jawab, malaikat akan mulai mencatat perbuatan baik dan buruk mereka dan akan mengawasinya setiap saat. Catatan setiap manusia disimpan oleh para malaikat pencatat, yang ditugaskan kepada seseorang sepanjang hidupnya. Mereka menulis catatan amal yang akan diperlihatkan pada Hari Kiamat. Allah  menyebutkan,

"Atau apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan pembicaraan mereka? Ya, (Kami mendengarnya), dan para utusan Kami (malaikat) ada bersama mereka untuk mencatatnya." (QS Az-Zukhruf: 80)

 وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَـٰفِظِينَ ١٠ كِرَامًۭا كَـٰتِبِينَ ١١ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ ١٢

"Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) pengawas, yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (amal perbuatanmu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Infithar: 10-12)

Orang tua harus mengajarkan kepada anak-anak muda bahwa setiap orang memiliki dua malaikat pencatat, satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan. Malaikat di sebelah kiri mencatat tindakan dan niat jahat, dan malaikat di sebelah kanan mencatat perbuatan dan niat baik. Hal ini jelas terlihat dalam Al Qur'an:

 إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌۭ ١٧ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ ١٨

"(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya). Yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS Qaf: 17-18)

Penting bagi kaum muda untuk menyadari bahwa malaikat juga mengetahui niat dan keadaan hati manusia. Rasulullah  bersabda: "Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana telah berfirman: Apabila hamba-Ku ingin melakukan suatu perbuatan jahat, janganlah kalian menuliskannya sampai ia melakukannya. Jika ia melakukannya, maka tulislah yang semisal dengannya. Jika ia tidak melakukannya karena-Ku, maka tulislah itu sebagai perbuatan yang baik baginya. Jika ia ingin melakukan suatu perbuatan baik, tetapi ia tidak melakukannya, maka tulislah itu sebagai perbuatan baik. Jika ia mengerjakannya, maka tulislah sepuluh sampai tujuh ratus kebaikan yang semisal dengannya." Hadits ini menjelaskan bahwa Allah telah memberikan kemampuan kepada para malaikat untuk melihat dan memahami niat di balik tindakan manusia. Bagi kaum muda, hal ini seharusnya membuat mereka sadar bahwa tidak hanya perbuatan mereka yang diperhitungkan, tetapi juga pikiran dan niat mereka.

Ada malaikat penjaga yang melindungi manusia dari apa pun yang belum ditetapkan untuk mereka. Mereka ditempatkan di depan dan di belakang setiap orang.

... لَهُۥ مُعَقِّبَـٰتٌۭ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ

"Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah..." (QS Ar-Ra'd: 11)

وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً

"Dialah Penguasa mutlak di atas semua hamba-Nya, dan Dia mengutus kepadamu malaikat-malaikat penjaga,..." (QS Al-An'am: 61)

Malaikat-malaikat pelindung ini telah diberi tugas untuk melindungi seseorang hingga ketetapan Allah tiba, kemudian mereka menarik diri darinya agar ketetapan itu sampai kepadanya. Mereka hadir hingga waktu kematian.

Allah juga telah menunjuk seorang malaikat sebagai pendamping bagi setiap orang. Nabi  bersabda: "Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan baginya seorang pendamping dari kalangan jin dan seorang lagi dari kalangan malaikat..." Pendamping ini mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah, mengikuti jalan kebenaran dan kebajikan, serta menghindari kejahatan dan kerusakan. Nabi ﷺ bersabda: "Iblis menguasai anak Adam, dan malaikat menguasai anak Adam. Cengkeraman setan menggoda manusia untuk melakukan kejahatan dan mengingkari kebenaran. Cengkeraman malaikat mendorong seseorang untuk berbuat baik dan percaya pada kebenaran..."

Malaikat memohon kepada Allah untuk mengirimkan shalawat dan ampunan kepada orang-orang yang beriman. Allah  berfirman,

هُوَ ٱلَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلَـٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۚ وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًۭا ٤٣

"Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari berbagai kegelapan menuju cahaya (yang terang benderang). Dia Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin." (QS Al-Ahzab: 43)

Ketika para malaikat mendoakan orang-orang yang beriman, hal ini membantu mereka untuk menghindari kekufuran dan dosa serta membimbing mereka kepada cahaya yang merupakan jalan Islam. Anak-anak seharusnya merasa terhibur dengan mengetahui bahwa Allah dalam rahmat-Nya telah memberikan bantuan tersebut.

Anak-anak harus diajari bahwa malaikat akan menemani mereka pada saat kematian mereka. Malaikat Maut dan para pembantunya dipercayakan dengan tugas untuk mengambil jiwa setiap manusia pada saat kematian. Allah  menyebutkan,

۞ قُلْ يَتَوَفَّىٰكُم مَّلَكُ ٱلْمَوْتِ ٱلَّذِى وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ ١١

"Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi (tugas) untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS As-Sajdah:11)

Bagi orang-orang munafik dan kafir, proses ini akan terasa sulit dan menjijikkan.

فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَـٰرَهُمْ ٢٧

"Maka, bagaimana (nasib mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka serta memukul wajah dan punggung mereka?" (QS Muhammad:27)

Sedangkan bagi orang-orang yang beriman, prosesnya akan menyenangkan.

ٱلَّذِينَ تَتَوَفَّىٰهُمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ طَيِّبِينَ ۙ يَقُولُونَ سَلَـٰمٌ عَلَيْكُمُ ٱدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ٣٢

"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik. Mereka (para malaikat) mengatakan, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu). Masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.” (QS An-Nahl:32)

Penampakan malaikat pada saat kematian juga ditentukan oleh kondisi ruh saat itu. Jika orang tersebut jahat, para malaikat akan berpenampilan jelek, bau yang menjijikkan, dan sikap yang kasar. Bagi pelaku kebaikan, mereka memiliki penampilan terbaik, bentuk dan bau yang paling indah, dan akan membawa kabar gembira dengan cara yang menyenangkan.

Malaikat Munkar dan Nakir bertanggung jawab atas jiwa selama proses pengadilan di alam kubur. Mereka akan menanyai jiwa di alam kubur dan hasil akhir di akhirat akan diberitahukan. Nabi  bersabda: "Apabila seseorang diletakkan di dalam kuburnya, dan teman-temannya datang dan pergi, dan dia masih bisa mendengar suara sandal mereka, dua malaikat mendatanginya dan menyuruhnya duduk dan berkata kepadanya: Apa yang kamu katakan tentang orang ini, Muhammad ? Dia akan berkata: Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Ia akan berkata: Lihatlah tempatmu di neraka. Allah telah memberimu, sebagai gantinya, sebuah tempat di Taman. Orang kafir atau munafik akan berkata: Aku tidak tahu. Aku biasa mengatakan apa yang orang lain katakan. Dia akan diberitahu: Engkau tidak mengerti dan tidak mengikuti petunjuk. Kemudian dia akan dipukul di antara kedua telinganya dengan palu besi dan dia akan berteriak dengan teriakan yang didengar oleh semua yang ada di dekatnya kecuali manusia dan jin." Pada hari kiamat, Malaikat Israfil akan meniup sangkakala untuk membangkitkan semua orang yang telah meninggal dari kuburnya.

Anak-anak harus diingatkan untuk mengucapkan "Assalamu'alaikum" (semoga damai bersamamu) ketika mereka memasuki rumah, karena para malaikat hadir dan harus diberi salam. Mereka harus memahami bahwa membaca Al-Qur'an dan mempelajari Islam di dalam rumah adalah hal yang sangat penting karena hal tersebut membawa berkah dari para malaikat kepada para penghuni rumah. Menghadiri masjid untuk tujuan yang sama sangat bermanfaat. Nabi  bersabda: "Setiap kali manusia berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca Kitab Allah dan mempelajarinya bersama-sama, ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, para malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebutkan mereka kepada orang-orang yang bersama-Nya." Para malaikat rahmat juga mengirimkan doa bagi mereka yang menjenguk orang sakit.

Ramadan adalah waktu yang tepat untuk berdiskusi tentang malaikat. Pada malam Lailatul Qadar, para malaikat turun dari langit dengan membawa ketetapan Allah, seperti yang Allah  jelaskan,

لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌۭ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍۢ ٣ تَنَزَّلُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍۢ ٤

"Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan." (QS Al-Qadr:3-4)

Artinya, mereka menurunkan ketetapan untuk segala sesuatu yang ditakdirkan untuk terjadi di tahun berikutnya; tugas penting lainnya dari para malaikat yang harus kita sadari.

Penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahwa malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat patung, gambar (gambar makhluk bernyawa) atau anjing. Nabi  bersabda: "Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing atau gambar." Hal ini akan membantu mereka untuk memahami alasan mengapa gambar dan patung orang dan hewan tidak boleh dipajang di rumah-rumah Muslim dan mengapa anjing harus dijauhkan, dan membantu mereka dalam menjelaskan masalah ini kepada orang lain yang mungkin kurang memahami.

Menceritakan kisah-kisah dan mengingatkan anak-anak tentang berbagai peran mereka akan membuat malaikat menjadi 'nyata' atau benar-benar ada bagi mereka dan memperkuat iman mereka pada aspek yang tidak terlihat ini. Anak-anak kecil, khususnya, mungkin tidak sepenuhnya memahami sesuatu yang tidak terlihat, tetapi mereka mulai membayangkannya dalam pikiran mereka. Pada usia ini mereka juga mempercayai apa yang dikatakan oleh orang tua mereka, jadi biasanya ada sedikit ketidakpastian. Mungkin ada pertanyaan dan keraguan, tetapi penerimaan akan datang dengan sendirinya. Kita harus yakin untuk menyampaikan kepada mereka bahwa kita mungkin tidak dapat melihat malaikat, tetapi kita percaya kepada mereka karena banyak ayat-ayat Al Qur'an dan hadits Nabi . Bagian dari iman adalah mempercayai sesuatu meskipun kita tidak dapat melihatnya dengan mata kepala kita sendiri, dan wahyu telah dipelihara untuk membuktikan keberadaannya tanpa keraguan.

Untuk hubungan yang benar dengan para malaikat dan pemenuhan aspek iman ini, anak-anak harus mengembangkan cinta yang mendalam kepada mereka, mengetahui bahwa malaikat adalah hamba Allah yang taat dan tunduk. Sebagaimana kita memiliki kasih sayang khusus kepada orang-orang beriman di dunia ini karena kedekatan mereka dengan Allah, kita juga harus mencintai para malaikat karena alasan yang sama. Para malaikat sendiri memiliki kasih sayang dan kesetiaan kepada orang-orang yang benar-benar beriman: mereka berdoa kepada Allah untuk mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, dan mendukung mereka di dunia dan akhirat.

Anak-anak harus menyadari bahwa para malaikat adalah bagian dari rencana dan pengaturan Allah di alam semesta dan saling terkait dalam kehidupan mereka. Keyakinan ini memiliki manfaat yang besar karena dapat memberikan ketenangan pada hati dan jiwa, menuntun pada tindakan-tindakan yang baik, serta memberikan kekuatan untuk menjadi orang yang taat dan setia. Hal ini membantu seseorang untuk mengenali keagungan Allah sebagaimana tercermin dalam penciptaan para malaikat. Hal ini meningkatkan rasa syukur seseorang kepada Allah, dengan mengetahui bahwa Dia menciptakan makhluk-makhluk ini untuk mendukung, melindungi, dan memberi manfaat kepada orang-orang beriman. Mereka membawa cahaya, kedamaian, dan ketenangan serta menghilangkan kekhawatiran, kesedihan, dan keputusasaan. Malaikat adalah salah satu nikmat Allah yang luar biasa dan menakjubkan.

I buried my dream, but it grew instead

Rabu, 19 Juni 2024

Ketika kuliah, saya punya mimpi untuk meneruskan kuliah sampai S3. Entah bagaimana caranya, saya dulu berpikir yang penting punya cita-citanya dulu. Meskipun saya sudah tidak terlalu menikmati jurusan politik, tapi saya senang berada di lingkungan belajar. Saya senang ketika duduk di kelas dan mendengar dosen berceramah, lalu bertanya tentang hal-hal yang belum saya pahami.

Photo by Amar Syazwan Rosman on Unsplash

Impian itu sempat terasa begitu nyata, dan seperti tampak di depan mata sampai akhirnya berangsur-angsur pudar. Banyak sebabnya, salah satunya karena realita. 😅

Ketika memutuskan untuk menikah, salah seorang teman pernah berkata, "aku akan kehilangan kamu." Meskipun saat itu saya paham maksudnya, saya merasa hal itu tidak mungkin terjadi. Karena saya adalah orang yang 'ambisius'. Saya tidak mau mengalah, dan saya berpikir pernikahan tidak akan mungkin menghalangi saya untuk menjadi diri saya saat itu. Tapi ternyata dia benar. Kehidupan pernikahan membuat saya harus memikirkan ulang semua rencana yang sudah buat sebelumnya. Di postingan ini postingan ini saya pernah menuliskan beberapanya, dan nyatanya memang cita-cita yang satu itu 'terpaksa' saya kubur karena saya mesti sadar bahwa keadaan tidak memungkinkan untuk mengejarnya.

Tapi ternyata bukannya musnah, mimpi itu sepertinya justru mengakar dan mulai tumbuh. Dan seperti beberapa tanaman, kadang apa yang ditanam tidak tumbuh seperti harapan. Mimpi saya untuk kuliah masih tetap sama, tapi minat itu sepertinya berevolusi. Beberapa waktu belakangan ini saya sadar mulai tertarik pada dunia pendidikan dan psikologi, meskipun saya masih sangat sanksi pada ketertarikan ini. Tapi yang pasti, saya jadi sangat suka mengulik dan stalking orang-orang yang belajar bahasa di sosial media maupun  YouTube.

Belum lama ini suami juga sempat menyinggung tentang kemungkinan saya menjadi dosen, kalau saya mau melanjutkan kuliah. Saya sendiri tidak terlalu antusias menyambut tawarannya, karena saya sudah tidak terlalu ingin jadi dosen walaupun mungkin kalau tawaran itu datang akan saya terima juga. Saya tidak mau kuliah lagi 'hanya' agar bisa menjadi dosen. Sejak awal memang hasrat saya kuliah itu untuk belajar. Tok. Dan itu bukan alasan yang menguntungkan untuk membayar biaaya kuliah yang makin  ke sini makin ke atas.

Lalu setelah saya pikir-pikir, kalau begitu sebenarnya tidak apa-apa minat untuk kuliah itu saya pelihara saja. Toh tidak pernah ada batasan usia untuk menuntut ilmu. Untuk saat ini, saya bisa mencukupkan diri belajar hal-hal yang bisa saya pelajari sendiri sambil menunggu kesempatan itu datang sendiri.

© Zuzu Syuhada • Theme by Maira G.